Senin 28 Nov 2016 21:21 WIB

Alhamdulillah, Ilmuwan Indonesia Berhasil Temukan Teknik Pengobatan Autisme

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agus Yulianto
Seorang ibu bermain dengan putrinya yang memiliki autisme. April merupakan bulan penggalangan kesadaran terhadap gangguan autisme di seluruh dunia.
Foto: EPA
Seorang ibu bermain dengan putrinya yang memiliki autisme. April merupakan bulan penggalangan kesadaran terhadap gangguan autisme di seluruh dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penemuan terbaru Prof Taruna Ikrar berhasil menghadirkan sebuah terobosan di bidang sains. Peneliti asal Makassar, Sulawesi Selatan, itu menemukan dua gen utama penyebab autisme saat melakukan riset bersama sejumlah koleganya di University of California, Irvine, Amerika Serikat (AS).

Ia menjelaskan, penelitian genetik ini akhirnya menemukan Gene EphB4 dan PTEN. Keduanya merupakan gen yang bertanggung jawab atas munculnya autisme. Gen EphB4 dan PTEN berpengaruh terhadap sistem saraf penghambatan (inhibitory neuron) yang disebut fast-spiking parvalbumin. Itu mengekspresikan interneuron (sel PV), yang selanjutnya sel penghambat tersebut berada di sekitar sel-sel perangsang (pyaramidal neuron) di dalam otak anak.

“Artinya, gangguan pada sel-sel neuron tersebut oleh kerusakan dua gen di atas, maka menyebabkan kegagalan sel-sel saraf pengontrol signal listrik di otak, dengan akibat seperti terjadinya gangguan autisme,” kata Prof Taruna Ikrar dalam keterangan tertulisnya kepada Republika, Senin (28/11).

Taruna Ikrar dan tim kemudian melakukan modifikasi dan percobaan di laboratorium. Mereka menggunakan teknik penelitian LSPS (Laser Photo Stimulation), Optogenetic (ChR2), serta immunustanning dan electrophysiology pada otak. “Ternyata, gerakan dan stimulasi sel-sel tersebut dapat dikontrol menjadi normal, hingga kembali menjadi normal.”

Taruna Ikrar menyimpulkan, autisme dapat diobati dan dicegah sejak dini. Caranya dengan mencegah terjadinya kerusakan pada dua gen sel-sel saraf penghambat tersebut.

Pencegahan dan penanggulangan autisme yang tepat, menurut dia, dapat dimulai dari tahap sebelum anak lahir (pre-natal). Ibu harus mengonsumsi makanan dan minuman bergizi seimbang.

Sebagai informasi, kata Taruna, jumlah penyandang autisme mengalami peningkatan yang luar biasa dewasa ini. Autisme adalah gangguan perkembangan saraf yang sangat bervariasi. Gejala awalnya bisa muncul pada masa bayi atau kanak-kanak, kemudian berkembang menjadi autisme yang sulit dikendalikan.

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), dalam 10 tahun terakhir telah terjadi peningkatan autisme lebih dari 600 persen. Karenanya, para ahli kedokteran atau kesehatan dunia tergerak untuk menanggulanginya. Hal itu dimulai dengan mengungkap misteri penyebab utama munculnya autisme di dalam tubuh manusia.

Faktor genetik adalah penyebab dominan autisme. Namun, pada dasarnya autisme bisa disebabkan berbagai kemungkinan lain. Kelainan ini, menurut Taruna, sangat berkaitan dengan agen atau zat yang menyebabkan cacat lahir. Misalnya, logam berat, pestisida, atau zat toksik lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement