REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produsen ponsel asal Cina Vivo telah membangun pabrik di Indonesia demi memenuhi peraturan pemerintah terkait Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Menurut Chief Marketing Officer Vivo Mobile Indonesia, Kenny Chandra, saat ini Vivo telah memenuhi 20 persen TKDN.
Vivo semakin bertekad untuk terus mengikuti peraturan pemerintah yang menetapkan persyaratan 30 persen TKDN pada Januari 2017. "Sekarang masih 20 persen. Kita akan sesuaikan dengan regulasi yang ada," kata dia ditemui usai peluncuran Vivo Y55 di Jakarta, belum lama ini dikutip laman Antaranews.
Untuk memenuhi regulasi tersebut, Keny mengungkapkan bahwa Vivo telah bekerja sama dengan sejumlah startup. "Membangun software lokal karena itu juga masuk dalam persentase TKDN," ujar dia.
Sayangnya, Keny tidak mau menjawab saat ditanya perusahaan rintisan apa yang diajak bergabung. "Belum bisa disebutkan, yang pasti ada hubungannya dengan Vivo sendiri. Lebih ke kamera," kata dia. Pabrik Vivo yang berlokasi di Cikupa, Tangerang, tersebut, menurut Keny, saat ini memiliki kapasitas produksi 50 ribu sampai 100 ribu unit untuk semua lini smartphone.
Sementara itu, terkait layanan purna jual, saat ini Vivo telah memiliki lebih dari 30 service center. Untuk meningkatkan layanan pengguna, Vivo juga akan memperluas layanan purna jual dengan membangun service center. "Sebaran produk yang pasti 30-40 persen di area Jawa. Sumatera, Jawa, Kalimantan masih yang paling besar. Kalau service center kami masih sampai ke area Sulawesi, tapi dalam waktu dekat ini kami akan bangun di wilayah Papua," tutup dia.