Rabu 26 Oct 2016 14:28 WIB

Otot Tulang Belakang Astronot Susut Setelah dari Antariksa

Astronot (ilustrasi)
Foto: www.bbc.co.uk
Astronot (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para astronot yang melakukan misi antariksa panjang mengalami pelemahan otot pada tulang belakang. Parahnya, menurut peneliti dari Amerika Serikat, pelemahan otot itu tidak kembali normal setelah beberapa pekan di Bumi.

Studi yang didanai Badan Aeronautika dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan dipublikasikan di jurnal Spine membawa wawasan baru mengenai peningkatan sakit punggung dan penyakit cakram tulang belakang yang berkaitan dengan penerbangan ruang angkasa jangka panjang. Sakit punggung umum dalam misi jangka panjang, dengan lebih dari separuh anggota kru melaporkan sakit pada tulang belakang mereka.

Para astronot juga mengalami peningkatan risiko kelainan tulang belakang yang disebut spinal disc herniation berbulan-bulan setelah kembali dari penerbangan luar angkasa. Masalah tulang belakang di antara para astronot diperkirakan terjadi karena perubahan tulang belakang dan bagian tubuh lain akibat mikrogravitasi.

Dalam studi yang baru, enam astronot NASA diperiksa sebelum dan sesudah menghabiskan empat sampai tujuh bulan dalam kondisi gravitasi mikro di Stasiun Antariksa Internasional. Masing-masing astronot menjalani pemeriksaan tulang belakang menggunakan pencitraan resonansi magnetik (Magnetic Resonance Imaging/MRI) sebelum misi, segera setelah mereka kembali ke Bumi dan dua bulan kemudian.

Pemindaian MRI mengindikasikan otot-otot tulang belakang para astronot selama berada di antariksa menyusut sekitar 19 persen. Sebulan atau dua bulan kemudian, hanya sekitar dua per tiga penyusutan yang pulih. Sebaliknya, tidak ada perubahan konsisten dalam tinggi cakram intervertebral tulang belakang. "Temuan ini bertentangan dengan pemikiran ilmiah saat ini tentang efek gravitasi mikro pada pembengkakan cakram," kata Douglas Chang, penulis utama hasil studi dari University of California San Diego, dalam satu pernyataan.

Studi lebih lanjut, menurut dia diperlukan untuk menjelaskan efeknya pada tinggi cakram, menentukan apakah mereka berkontribusi pada peningkatan tinggi badan selama misi antariksa, dan pada peningkatan risiko herniated disc. "Namun demikian, informasi seperti inilah yang bisa membantu kebutuhan informasi untuk menopang misi luar angkasa yang lebih panjang, seperti misi berawak ke Mars," katanya.

Chang mengatakan temuan-temuan ini menunjukkan cara-cara yang mungkin mengurangi efek penerbangan luar angkasa pada tulang belakang. Contohnya, latihan penguatan inti seperti yang direkomendasikan bagi pasien dengan sakit punggung di Bumi, mungkin perlu ditambahkan dalam program latihan olahraga astronot. "Yoga bisa menjadi pendekatan lain yang menjanjikan, khususnya untuk mengatasi kekakuan tulang belakang dan penurunan mobilitas, tambah Chang," sebagaimana dilansir kantor berita Xinhua dan dikutip dari laman Antaranews Rabu (26/10).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement