Rabu 26 Oct 2016 13:19 WIB

Studi: Kaum Pensiunan Kebal Penipuan Daring

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Winda Destiana Putri
Orangtua asyik main internet (ilustrasi)
Foto: orangtua.org
Orangtua asyik main internet (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Generasi baby boomer mungkin saja kesulitan beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan sosial media kini. Namun, keunggulan pengalaman yang mereka miliki justru meminimalisasi penipuan yang dilakukan melalui internet.

Seperti dikutip Dailymail, Selasa (25/10) berdasarkan hasil studi Ipsos Public Affairs sebuah lembaga riset teknologi, kaum pensiunan lebih sulit ditipu secara finansial ketimbang generasi milenial. Sekitar tiga persen orang diatas 65 tahun jarang terserang penipuan di dunia maya.

Berbanding terbalik dengan generasi milenia yang cenderung mudah terjerumus dalam penipuan. Studi itu menyebutkan sekitar 13 persen generasi milenial usia 18 sampai 24 tahun rentan terhadap penipuan di dunia maya.

Riset tersebut menunjukan meski terjadi di dunia maya, namun orang-orang tua lebih cerdas saat mendeteksi percobaan penipuan. Studi dilakukan kepada seribu orang dari 12 negara termasuk AS dan Inggris. Percobaan penipuan dilakukan oleh periset kepada responden melalui telepon, email atau saat berselancar di internet. Mereka membujuk rensponden untuk memberikan detil informasi pribadinya.

Hasilnya, 14 responden usia 18 sampai 24 tahun berinteraksi dengan penipu namun tidak kehilangan uang mereka. Sementara, 13 persen responden dalam rentang usia sama berinteraksi dan kehilangan uang mereka.

Lebih buruk lagi responden dengan usia sekitar 25-34 tahun. Hanya 14 persen dari mereka gagal ditipu, sementara 18 persen dari mereka berhasil diperas melalui dunia maya. Sedangkan rentang usia 55-65 tahun bahkan enggan berkomunikasi dengan penipu dan hanya tiga persen dari mereka yang berhasil ditipu.

Berdasarkan riset Privilege Insurance, kasus penipuan di dunia maya meningkat 53 persen di Inggris dalam tiga tahun terakhir. Dimana pelaku kejahatan tersebut berhasil merampok 6,6 juta orang. Modusnya, pelaku mengirim email dan memperdaya korban untuk menyerahkan PIN dan rekening bank mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement