REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kecelakaan yang menimpa Samsung membuat perusahaan asal Korea Selatan tersebut mengalami kerugian yang tak sedikit. Meledaknya baterai Samsung Galaxy Note 7 dalam beberapa waktu lalu membuat perusahaan rugi besar.
Perusahaan pun melakukan recall di beberapa produk tersebut, sayangnya kejadian serupa kembali terulang. Ponsel yang sudah di recall mengalami ledakan ketika diisi daya. Lalu, yang menjadi pertanyaan besar adalah, apa penyebab yang sebenarnya kejadian tersebut terulang kembali?
Dilansir laman Phone Arena Selasa (25/10) Samsung Galaxy Note 7 memang diketahui mengalami malfungsi pada baterai. Dugaan awal, baterai perangkat tersebut diproduksi oleh Samsung sendiri sehingga menyebabkan ledakan. Kemudian Samsung memutuskan untuk menggandeng produsen baterai asal Cina, ATL untuk membantu mengganti baterai di produk yang di recall belum lama ini.
Awalnya memang baik-baik saja, hampir 30 persen ATL memproduksi baterai untuk Note7 sampai akhirnya ada laporan kejadian ledakan di ponsel yang sama dengan baterai yang sudah diganti. Seorang analis menungkapkan, penyebab munculnya ledakan tersebut berasal dari sistem kontrol voltase pada baterai.
Voltase yang tidak dikontrol dengan baik, akan menimbulkan aliran besar listrik dan tidak sesuai dengan perangkat. Hal itu menyebabkan terjadinya konslet dan perangkat akan meledak. Selain itu, material yang buruk, juga menjadi penyebab baterai mudah terbakar.
Sementara menurut Cho Jae-Phil direktur dari Future Batteries Research Center, proses produksi baterai dalam jumlah yang sangat besar, menimbulkan risiko yang juga besar. Dalam waktu yang tidak panjang, produsen memproduksi baterai untuk perangkat yang jumlahnya jutaan unit, memunculkan persepsi bahwa tidak semua baterai dalam kondisi baik meski sudah dilakukan tes berulang-ulang.