REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan menemukan cara alami yang memungkinkan serabut saraf dalam tubuh dapat memperbaiki diri. Penelitian pada tikus itu berhasil mengidentifikasi sebuah gen yang menghambat kerusakan koneksi saraf.
Studi yang telah diterbitkan di Jurnal Neuron tersebut menjelaskan, gen yang dinamai Cacna2d2 itu bertindak sebagai rem molekular. Ilmuwan mengembangkan gen itu untuk pengobatan kelumpuhan dan kondisi lain seperti cedera tulang belakang.
Tim peneliti dari Pusat Penyakit Neurodegeneratif Jerman (DZNE) tersebut memulai studi dengan berpegang pada satu hipotesis. Mereka percaya ada sesuatu yang membuat molekul dan neuron berhenti tumbuh ketika manusia telah dewasa dan tubuh sepenuhnya terbentuk.
Namun, menemukan mekanisme tersebut bagai mencari jarum dalam tumpukan jerami. Pemimpin peneliti Frank Bradke mengatakan, timnya menggunakan pendekatan data-angka yang disebut bioinformatika di mana komputer menganalisis dan menginterpretasikan sejumlah informasi biologis.
"Pada akhirnya, kami mampu mengidentifikasi kandidat yang menjanjikan yakni gen Cacna2d2 yang memainkan peran penting dalam pembentukan sinaps dan fungsi sel-sel saraf," kata Bradke.
Peneliti juga menguji kondisi rem molekular dengan memberikan obat bernama pregabalin (PGB) untuk tikus dengan cedera tulang belakang. PGB dikenal memiliki efek mengikat saluran kalsium dan sering digunakan untuk mengurangi rasa sakit dari saraf yang rusak serta untuk pengobatan epilepsi.
Hasilnya, para peneliti mengamati adanya koneksi saraf baru yang mulai tumbuh dengan hasil positif untuk mengatasi cedera. Namun, Bradke menegaskan bahwa sejauh ini percobaan hanya melibatkan tikus dan dibutuhkan uji klinis pada manusia untuk melihat apakah akan didapatkan efek yang sama, dilansir Sciencealert Rabu (19/10).