REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi Lampung berencana mengembangkan singkong sebagai pembangkit energi listrik sebagai salah satu solusi mengatasi krisis listrik di daerah ini. Diketahui produksi singkong Lampung mencapai 10 juta ton per tahun.
"Ada pabrik tapioka di Lampung yang telah mengembangkan singkong menjadi pembangkit energi listrik dan kami akan mencontohnya," kata Staf Ahli Gubernur Bidang Pembangunan Provinsi Lampung Fahrizal Darminto, pada seminar energi baru dan terbarukan sebagai solusi krisis energi Sumatera, di Kampus Institut Teknologi Sumatera (Itera), Lampung Selatan, belum lama ini dikutip dari Antaranews.
Ia menyebutkan, teknologi yang diterapkan oleh salah satu pabrik tapioka di Lampung itu dengan memanfaatkan singkong menjadi biomas pembangkit listrik. Menurut dia, pabrik itu mampu menghasilkan tenaga listrik sebesar 1 Mega Watt dengan 10 ton singkong. Selain itu, dengan adanya pembangkit listrik diharapkan harga singkong juga meningkat.
"Dua hasil didapat dari hasil produksi singkong, yakni kebutuhan energi dan harga singkong meningkat," katanya.
Ia juga mengharapkan konsep teknologi energi baru dan terbarukan dapat diterapkan oleh Itera sehingga dapat berkontribusi bagi masyarakat dan pemerintah daerah. Rektor Itera Ofyar Z. Tamin mengatakan seminar energi baru dan terbarukan sebagai solusi krisis energi Sumatera untuk membedah persoalan krisis energi di Sumatera.
Menurut dia, selama ini persoalan energi di Sumatera menjadi permasalahan yang belum bisa diselesaikan pemerintah. Hal itu, karena laju permintaan energi yang terus meningkat dan melampaui pertumbuhan pasokan energi.
"Salah satu solusi yang banyak didengungkan adalah dengan memaksimalkan potensi energi terbaru dan terbarukan. Pemanfaatan potensi itu dibahas pada seminar ini.
Seminar itu, ujar Rektor, diharapkan bisa menghasilkan suatu gambaran tentang potensi energi baru dan terbarukan yang ada di Sumatera, kebijakan pengelolaannya, dan juga rencana pengembangan teknologi baru terbarukan untuk kemandirian energi di Sumatera. "Seminar juga sebagai bentuk perwujudan Itera yang akan memposisikan diri sebagai pusat energi baru dan terbarukan Sumatera," jelas Rektor.