Kamis 06 Oct 2016 07:44 WIB

Zika Terdeteksi Menyebar Lewat Kontak Fisik

Rep: Gita Amanda/ Red: Winda Destiana Putri
 Nyamuk Aedes aegypti penyebab visrus zika.
Foto: Reuters/ Paulo Whitaker
Nyamuk Aedes aegypti penyebab visrus zika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah kasus misterius dan ekstrim terkait zika terjadi di Amerika Serikat. Para ahli menduga virus zika memiliki kemampuan penyebaran melalui kontak fisik dengan penderita.

Kasus ini bermula pada awal tahun ini. Otoritas kesehatan di Utah kebingungan saat ada salah satu pasien yang didiagnosa terjangkit virus zika namun tanpa melalui media penyebaran umum penyakit ini.

Sebelumnya, para ilmuwan berpikir zika hanya bisa ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti, melalui air mani, atau diwariskan dari ibu hamil ke janin mereka. Namun studi baru yang dipimpin oleh para peneliti dari University of Utah, telah meneliti dan menyimpulkan bahwa virus zika dalam sebuah kasus misterius telah menyebar melalui kontak fisik.

Tidak hanya itu, tetapi virus ini menurut penelitian juga dapat lebih mematikan daripada yang diperkirakan selama ini. Dalam kasus misterius di Utah ini, pasien meninggal dunia akibat zika.

Selama ini korban tewas akibat zika biasanya terkait kekebalan tubuh orang tersebut. Tapi untuk kasus Utah, kematian tak berkaitan dengan kekebalan tubuh.

Namun Spesialis Penyakit Menular Sankar Swaminathan mengatakan, kasus yang jarang terjadi ini justru membantu untuk memahami spektrum penuh penyakit zika. Sehingga menurut Swaminathan, bisa mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan dalam upaya menghindari penularan virus.

"Jenis informasi ini dapat membantu kita meningkatkan upaya pengobatan untuk Zika di saat virus terus menyebar ke seluruh dunia," katanya seperti dilansir Sciencealert Rabu (5/10).

Keadaan kasus tersebut dimulai ketika pasien lanjut usia, warga Salt Lake City 73 tahun, mengunjungi Meksiko pada Mei tahun lalu. Selama perjalanan, ia digigit oleh nyamuk, yang merupakan penjelasan yang paling mungkin untuk bagaimana ia dikontrak Zika.

Setelah kembali dari perjalanannya, dia pergi ke rumah sakit peradangan alami, mata berair, dan detak jantung yang cepat. Saat kondisinya memburuk, anaknya yang berusia 38 tahun mengunjunginya di rumah sakit. Ia kerap merawat ayahnya seperti membantu memposisikan dirinya di temoat tidur atau menyeka air matanya.

Namun sang ayah kemudian meninggal di rumah sakit, dan tes setelah kematiannya mengonfirmasi ia terjangkit zika. Tapi hanya seminggu setelah ayah meninggal, Swaminathan kebetulan melihat bahwa anaknya juga menujukan gejala zika, dan hasil tes mengonfirmasi hal.

Kebingungan para peneliti adalah bahwa pria itu tidak melakukan perjalanan ke daerah zika seperti ayahnya. Ia juga tidak berhubungan seks orang terinfeksi zika dan di Utah tak ada nyamuk Aedes Aegypti.

Dalam keadaan ini, para peneliti menyimpulkan pria itu tertular keringat atau air mata ayahnya. Meskipun tidak ada preseden untuk hipotesis terkait transmisi zika lewat kontak fisik, bisa jadi virus itu dapat menyebar karena anomali membingungkan lain dari kasus ini. Yakni konsentrasi yang sangat tinggi dari virus dalam darah ayah, sekitar 200 juta partikel per mililiter.

"Saya tidak bisa percaya. Viral loadnya 100.000 kali lebih tinggi dari apa yang telah dilaporkan dalam kasus lain zika, dan jumlah yang luar biasa tinggi untuk infeksi apapun," kata Swaminatha.

Mengingat viral load yang ekstrim ini, para peneliti berpikir itu mungkin penyebab kematian pria 73 tahun itu dan kemampuannya menyebar lewat keringat atau air mata.

"Kasus ini memperluas pemahaman kami mengenai bagaimana virus zika berpotensi dapat menyebar dari pasien yang terinfeksi kepada pasien yang tidak terinfeksi tanpa kontak seksual atau vektor nyamuk," kata salah satu peneliti, Marc Couturier dari University of Utah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement