REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian terbaru dari Kaspersky Lab dan B2B International menyuarakan keprihatinan mengenai keamanan beraktivitas online bagi seseorang yang telah berusia lebih dari 55 tahun. Kelompok usia ini dapat berperilaku tidak aman ketika online dan sering menjadi korban penipuan.
"Laporan ini menunjukkan dengan jelas bahwa generasi ini mendukung kehidupan yang terkoneksi, beserta semua peluang yang datang bersamaan dengan hal tersebut. Di sisi lain, bagaimanapun juga, jelas bahwa kelompok usia ini tidak melindungi diri mereka sendiri dengan benar," kata Andrei Mochola, Head of Consumer Business di Kaspersky Lab, dalam keterangan tertulisnya yang dikutip dari Antaranews Rabu (5/10).
Dijelaskan lebih lanjut, yang lebih mengkhawatirkan lagi, mereka bahkan tidak percaya bahwa telah menjadi target kriminal di dunia maya. "Bahkan mereka menempatkan diri dalam keadaan bahaya berulang kali," sambung dia.
Temuan itu dinilai mengkhawatirkan, karena penilitian terhadap 12.546 responden dari pengguna internet di seluruh dunia tersebut menunjukkan bahwa generasi yang lebih tua sebenarnya target bagi penjahat siber. Sebagai contoh, mereka menggunakan pengaturan privasi yang tinggi pada jejaring sosial namun tidak di browser bahkan lebih rendah dibanding kelompok usia lainnya (30 persen vs 38 persen).
Mereka juga tidak menggunakan fungsi keamanan dalam perangkat mereka seperti 'Find My Device' atau VPN - 28 persen dan 10 persen apabila dibandingkan dengan 42 persen dan 16 persen dari pengguna di semua kelompok usia. Ketika berbagi informasi, hanya 35 persen melakukan double-check sebelum mengirim pesan dan hanya 16 persen menghindari berbagi informasi ketika sedang kelelahan (versus 44 persen dan 31 persen di antara responden termuda).
Generasi yang lebih tua ini menggunakan internet untuk berbagai aspek kehidupan mereka. Hal ini dapat meningkatkan kerentanan terhadap penjahat siber jika mereka terus beraktivitas online tanpa mengambil tindakan pencegahan. Mereka menggunakan internet untuk berkomunikasi dengan orang lain, 94 persen dari kelompok usia ini menggunakan e-mail secara teratur.
Mereka juga online untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Kelompok usia ini lebih mungkin daripada yang lain untuk melakukan transaksi keuangan melalui Internet, dengan 90 persen berbelanja dan beraktivitas perbankan secara online (dibandingkan dengan rata-rata 84 persen pengguna di semua kelompok usia).
Meskipun hasil penelitian ini telah dilaporkan, nyatanya hanya setengah dari kelompok usia ini (49 persen) yang merasa khawatir tentang kerentanan mereka ketika membeli produk secara online dan sebagian besar (86 persen) tidak percaya mereka adalah target bagi penjahat siber. Yang mengkhawatirkan, empat dari sepuluh (40 persen) menempatkan diri mereka pada posisi yang berisiko dengan berbagi rincian keuangan dalam domain public (dibandingkan dengan 15 persen di semua kelompok usia).
Kurangnya kecerdasan dalam berperilaku online membuat kelompok usia ini kurang siap terhadap bahaya di dunia online. Akibatnya, generasi ini menjadi korban penjahat siber.
Menurut laporan itu, 20 persen dari pengguna internet secara keseluruhan memiliki kerabat yang lebih tua yang berhadpan dengan software berbahaya, dan 14 persen memiliki kerabat di kelompok usia yang sama telah tertipu dengan hadiah palsu yang menarik lewat online. Selain itu, 13 persen memiliki kerabat yang telah berbagi terlalu banyak informasi pribadi secara online dan 12 persen memiliki kerabat yang telah menjadi korban penipuan online, melihat konten yang tidak pantas, atau berkomunikasi dengan orang asing yang berbahaya secara online.