Selasa 04 Oct 2016 13:55 WIB

Peneliti Temukan Cara Menghapus HIV dari Darah Pasien

Rep: Adysha Citra R/ Red: Winda Destiana Putri
Sel HIV yang bisa dihapus oleh metode terapi yang dilakukan peneliti Inggris.
Foto: Sciencealert
Sel HIV yang bisa dihapus oleh metode terapi yang dilakukan peneliti Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 50 pasien HIV telah menyelesaikan percobaan metode pengobatan atau terapi HIV terbaru di Inggris. Pascaterapi, satu dari 50 pasien tersebut menunjukkan ketiadaan tanda-tanda HIV di dalam darahnya.

Terapi ini diketahui berhasil pada seorang pasien berusia 44 tahun yang tidak diketahui namanya. Usai menjalani metode terapi baru ini, tak ada lagi tanda-tanda HIV yang ditemukan di dalam darah pasien tersebut.

Atas temuan tersebut, terapi terbaru ini dinilai sebagai metode terapi pertama yang berhasil menghancurkan HIV di setiap bagian tubuh. Terapi ini dilakukan dengan cara mengombinasikan sebuah obat yang mereaktivasi sel-sel HIV dalam keadaan dorman atau 'tertidur' dengan sebuah vaksin yang didesain untuk membantu sistem kekebalan tubuh untuk menemukan dan membunuh sel-sel HIV yang telah direaktivasi ini.

Pada terapi ini, vaksin diberikan terlebih dahulu kepada pasien untuk mendorong kemampuan sistem kekebalan tubuh pasien dalam mendeteksi dan melawan sel-sel yang terinfeksi virus HIV. Setelahnya, pasien diberikan sebuah obat bernama Vorinostat yang digunakan untuk mengaktivasi sel-sel HIV yang dorman sehingga sistem kekebalan tubuh dapat 'membasmi' sel-sel yang dorman ini juga.

Meski terlihat menjanjikan, terlalu cepat jika terapi ini dianggap sebagai metode pengobatan yang dapat menyembuhkan infeksi HIV secara total. Alasannya, ada kemungkinan HIV dapat kembali lagi. Meski begitu, temuan lima peneliti yang berasal dari Inggris ini dapat menjadi permulaan dari upaya memberantas HIV secara menyeluruh.

"Ini merupakan salah satu upaya serius dalam penyembuhan total HIV," ujar Managing Director National Institute for Health Research Office for Clinical Research Infrastructure, Mark Samuels, seperti dilansir Science Alert Selasa (4/10).

Untuk mengetahui efektivitas dari terapi terbaru ini, tim peneliti perlu kembali meneliti tanda-tanda HIV pada pasien berusia 44 tahun yang saat ini tidak menunjukkan adanya tanda-tanda HIV dalam darahnya. Penelitian ini perlu dilakukan setelah beberapa bulan ketika obat antiretroviral dalam tubuh pasien tersebut dan juga ke-49 pasien lainnya mulai habis. Dari penelitian lanjutan ini, baru dapat diketahui apakah HIV benar-benar menghilang oleh metode terapi baru.

Jika tanda-tanda HIV tak lagi ditemukan pada pasien berusia 44 tahun tersebut setelah beberapa bulan, maka pasien tersebut akan mejadi orang kedua di dunia setelah Timothy Ray Brown yang berhasil pulih seutuhnya dari HIV. Tentunya, keberhasilan tersebut juga akan menjadi 'angin segar' dan harapan baru bagi sekitar 37 juta orang yang di dunia yang kini terinfeksi HIV.

Saat ini, obat antiretroviral standar yang digunakan pada pasien HIV hanya efektif untuk mencegah HIV bereproduksi dan menahan pergerakan virus mematikan tersebut di dalam tubuh penderitanya. Akan tetapi, obat ini belum mampu untuk membunuh HIV di saat yang bersamaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement