Senin 03 Oct 2016 09:07 WIB

Malware Stuxnet Ancam Industri dan E-Commerce Indonesia

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Esthi Maharani
ecommerce
ecommerce

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Pakar keamanan siber dunia, Don Stikvoort mengingatkan ancaman dari malware Stuxnet yang menghantui industri, khususnya e-commerce di Indonesia. Data Internasional Business Report menunjukkan aktivitas serangan siber ini menyebabkan kerugian hingga 315 miliar dolar AS di dunia, khususnya 80 miliar dolar AS di Asia Pasifik.

"Malware yang tidak ditangani ini jika dibiarkan terus bisa membuat kolaps industri, khususnya e-commerce di Indonesia," kata Stikvoort akhir pekan lalu di Kuta, Bali.

Ketua Indonesia Security Incident Response Team On Internet Infrastructure (ID-SIRTII) Rudi Lumanto membenarkan ancaman malware ini mengganggu situs pemerintah, industri, dan bisnis di dalam negeri. Dia mencontohkan Iran pada 2010 sempat mengalami kelumpuhan pada jaringan komputer industri nuklirnya akibat terserang malware stuxnet.

"Sejak itu Iran serius melakukan pembersihan. Beberapa tahun kemudian Iran tidak lagi masuk daftar 10 negara terbesar terjangkit malware stuxnet," kata Rudi.

Indonesia di sisi lain tak kunjung melakukan aksi nyata membersihkan malware ini. Padahal negara ini sekarang berada di peringkat kedua sebagai habitat dari 18 persen penyebaran malware stuxnet di seluruh dunia.

Indonesia juga dihantui bom waktu dari malware lain. Jebolan Universitas Komunikasi Elektronik Tokyo Jepang mengatakan Indonesia tahun lalu menjadi negara di urutan pertama dengan jumlah personal computer (PC) paling banyak terinfeksi malware.

"Pemerintah dan semua pihak perlu mengambil langkah konkrit untuk mengantisipasi ancaman ini," ujarnya.

Langkah yang bisa diambil adalah perbaikan di bidang legalitas, kelembagaan, peningkatan kapasitas SDM, mempererat kerjasama internasional, serta memperbanyak penerapan standar keamanan di setiap instansi pemerintah khususnya instansi strategis. Masalah isu Badan Siber Nasional yg selama ini jadi perbincangan di Indonesia menurut Rudi adalah bagian dari perbaikan kelembagaan.

Keputusan Presiden diperlukan supaya tugas strategis ini bisa diselesaikan. Persoalan teknis di lapangan, seperti pemberantasan malware, kata Rudi bisa dilakukan efektif dan cepat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement