Rabu 28 Sep 2016 13:59 WIB

Website Pendidikan Terbanyak Dijebol Peretas

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ilham
Serangan siber (ilustrasi)
Foto: Digitaltrends.com
Serangan siber (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Data Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII) menyebutkan, terjadi enam ribu insiden website yang berhasil dijebol peretas (hackers) selama enam bulan pertama tahun ini. Mereka menemukan masih ada sekitar 16 ribu celah keamanan ditemukan dalam sistem web yang ada di Indonesia.

"Domain website yang paling banyak diserang hingga pertengahan tahun ini adalah domain pendidikan berkode ac.id," kata Ketua ID-SIRTII, Rudi Lumanto di Kuta, Rabu (28/9).

Banyak sekolah, lembaga pendidikan, termasuk kampus yang sembarangan membuat website tanpa pengamanan yang cukup. Rudi menambahkan serangan ke dunia siber Indonesia terbanyak berasal dari Amerika Serikat. Ini berbeda dari sepanjang 2015 di mana serangan terbanyak justru berasal dari wilayah siber Indonesia sendiri.

Kemungkinan pertama, Rudi menduga pelaku serangan tersebut bisa saja dari dalam negeri, namun tidak langsung menyerang dari Indonesia, melainkan memutar dulu ke jaringan AS. Kemungkinan kedua, serangan tersebut bisa jadi memang berasal dari Negeri Paman Sam.

Lembaga ID-SIRTII juga menemukan setidaknya enam ribu aktivitas manipulasi dan kebocoran data. Aktivitas malware yang terdeteksi juga tinggi, mencapai 46,3 juta aktivitas hingga pertengahan 2016.

Malware adalah perangkat lunak (software) yang sengaja diciptakan untuk tujuan buruk. Biasanya, perangkat ini disisipkan di antara program lain. Saat si pengguna membuka program yang sudah terkontaminasi malware, maka malware tersebut akan menyebar ke jaringan lain.

Pakar keamanan siber Belanda dan Eropa, Don Stikvoort mengatakan, berbagai lembaga perlu bekerja sama dan bersikap saling terbuka. Kerja sama ini bisa dilakukan di level regional, bahkan internasional. "Ini diperlukan untuk menghadapi kejahatan yang makin canggih dan rumit," katanya.

Pemerintah sejauh ini telah mampu mendeteksi perilaku arus lalu lintas di dunia siber dalam negeri. Caranya dengan menambah sejumlah sensor berteknologi tinggi.

Sensor-sensor buatan luar negeri saat ini mulai diganti dengan sensor-sensor buatan dalam negeri. Selain alasan keamanan, penggunaan sensor dalam negeri juga berkualitas dan tidak kalah canggih dengan produk impor.

Sensor yang dimaksud adalah alat yang mampu menarik data traffic di dunia internet. Data yang diperoleh dapat diolah untuk mengidentifikasi berbagai perilaku dan motif para peselancar di dunia maya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement