REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti telah mengindentifikasi berbagai varian genetik yang berkontribusi dalam mencirikan pola wajah secara spesifik. Hal tersebut dapat dimanfaatkan ahli forensik dalam melukiskan wajah para penjahat berdasarkan hasil DNA.
Menurut sebuah studi anyar, ciri-ciri pola wajah mulai dari ukuran hidung, kelebaran wajah, hingga jarak antar mata dapat dikenali dan terhubung dengan variasi genetik tertentu. Penemuan tersebut, saat ini hanya mereprentasikan beberapa gen yang bermain dalam penentuan pola dan ukuran wajah seseorang. Namun, penemuan tersebut juga memberikan pengetahuan tentang pola perkembangan wajah yang normal dan abnormal.
Dalam sebuah jurnal yang terpublikasi, Plos Genetics, para peneliti mendeskripsikan studi hubungan genome-wide, yang bisa mengetahui bentuk asli dari beberapa bagian karakteristik wajah seseorang. Tim peneliti melihat adanya hubungan antara 20 karakteristik wajah dari gambaran tiga dimensi yang berasal dari 3,118 individu keturunan Eropa. Dari gambaran tersebut, mereka menguji setidaknya satu juta pasang variasi, disebut SNPs, yang berasal dari genom.
Melalui penelitian anyar itu, yang didasarkan atas dua penemuan sebelumnya, para peneliti mengonfirmasi kemampuan mengenali pola wajah, mulai dari ukuran hidung, kelebaran wajah, jarak antar mata, dan jarak antar mata dan bibir, memiliki keterkaitan yang signifikan dari hasil SNPs.
“Analisis kita dapat mengidentfikasi adanya keterkaitan antara beberapa gen dengan ciri-ciri pola wajah, dimana pada studi genome-wide sebelumnya tidak ditemukan,” ujar penulis koresponden dari jurnal Plos Genetics, Dr Seth Weinberg, dikutip dari Daily Mail, Senin (29/8).
Ia menambahkan, hal yang paling menakjubkan adalah banyaknya keterkaitan yang mengikutsertakan bagian kromosom gen dengan fungsi kranioformal. Seperti yang dituliskan Dr Seth Weinberg dalam jurnal berjudul PLOS Genetics: Genome-Wide Association Study Reveals Multiple Loci Influencing Normal Human Facial Morphology, Weinberg menuturkan, “Penemuan seperti itu dapat memberikan pengetahuan terhadap gen yang bermain dalam pemberian informasi pola wajah dan meningkatkan pemahaman tentang faktor penyebab yang menyebabkan terjadinya kerusakan craniofacial pada seseorang.”