REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bio Farma yang menjadi produsen vaksin dan antisera sedang mengembangkan vaksin tuberkolosis (TB) dari antigen bakteri penyebab penyakit itu. Pengembangan klon tersebut untuk menjadi produk membutuhkan waktu empat sampai lima tahun lagi.
"Sekarang masih cikal bakal, klonnya. Jadi, nanti Bio Farma akan mengembangkan lagi untuk dijadikan produk," kata Direktur Utama Bio Farma Iskandar di Jakarta, belum lama ini.
Melalui Forum Riset Vaksin Nasional, para peneliti Indonesia telah menemukan antigen bakteri penyebab TB, dan hasil riset itu diberikan kepada pihak industri untuk dikembangkan menjadi produk.
"Ini adalah skema yang ideal, karena selama ini peneliti menyimpan hasil penelitiannya sendiri. Seharusnya riset harus mengalir sesuai perannya di hulu ke hilir. Kami sebagai industri akan mengembangkannya," katanya.
Kepala Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Siswanto mengatakan, ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum menjadi produk, antara lain pemilihan klon, riset teknik, klinik, uji hewan dan uji pada manusia, barulah produk tersebut dapat dipasarkan. Dia mengatakan, vaksin ini nantinya akan menggantikan vaksin tuberkulosis terdahulu, yaitu vaksin BCG.
"Antigen adalah protein. Vaksin ini akan berbeda dengan BCG, kalau BCG kan murni bakteri yang dilemahkan. Kalau ini antigennya saja," kata Siswanto.
Kelebihan vaksin tersebut adalah akan membentuk antibodi lebih optimal tepat dan spesifik. Selain itu, produk ini akan lebih terjangkau karena bahan bakunya berasal dari Indonesia, dan dikembangkan oleh perusahaan vaksin BUMN.