REPUBLIKA.CO.ID, ALASKA –- Para ilmuwan mengidentifikasi spesies baru lumba-lumba purba yang hidup 25 juta tahun yang lalu. Spesies hewan yang sudah punah tersebut ditemukan setelah dilakukan pemeriksaan ulang dari spesimen yang telah dikoleksi di museum sejak 1951 silam.
Para peneliti memperkirakan spesies lumba-lumba purba tersebut dulunya hidup di sungai Asia Selatan. Spesies tersebut tergolong sebagai lumba-lumba langka. Dari temuan tersebut memberikan petunjuk untuk menemukan sejarah evolusi spesies modern. Hasil temuan tersebut saat ini sudah diterbitkan ke dalam jurnal PeerJ.
Awalnya fosil tengkorak secara parsial sepanjang 22 sentimeter ditemukan oleh ahli geologi Donald J Miller di tenggara Alaska. Kemudian fosil tersebut disimpan selama puluhan tahun sebagai koleksi di Smithsonian Museum of Natural History di Washington DC.
“Lumba-lumba berenang di perairan laut sub Arktik sekitar 25 juta tahun lalu. Sementara spesimen itu merupakan genus dan spesies baru, yang bernama Arktocara yakataga,” kata penulis studi Alexandra Boersma dan Nicholas Pyenson yang berbasis di Smitshonian, menurut BBC pada Rabu (17/8).
Berdasarkan umur bebatuan di sekitarnya, para ilmuwan memperkirakan Arktocara datang dari zaman Oligosen akhir. Yaitu sekitar paus kuno diverifikasi menjadi dua kelompok menjadi paus balin dan paus bergigi. Paus balin terdiri dari paus biru dan humpbacks, sedangkan paus bergigi terdiri dari paus sperma dan ikan lumba-lumba.
Dengan mempelajari tengkorak dan membandingkannya dengan lumba-lumba lainnya, baik yang masih hidup maupun yang sudah punah, tim ilmuwan menetapkan bahwa Arktocara yakataga adalah lumba-lumba yang relatif sejenis dengan lumba-lumba Platanista yang hidup di sungai Asia Selatan. Lumba-lumba hidup itu merupakan keturunan terakhir yang selamat dari kelompok besar. Dari tengkorak yang ada menunjukkan Platanista merupakan keturunan paus bergigi tertua yang masih hidup hingga saat ini.
“Untuk kelompok persisnya untuk dikerucutkan menjadi satu spesies di Asia Tenggara masih agak misteri. Tapi setiap bagian kecil yang kami dapatkan dapat membantu menunjukkan dari mana fosil itu berasal,” kata Boersma.
baca juga: Arkeolog Temukan Bekas Perapian Berusia 12.300 Tahun