REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Twitter menampik rumor penutupan perusahaan jejaring sosial berlogo burung biru tersebut pada 2017.
Hal tersebut berdasarkan ramainya tagar #SaveTwitter pada pekan lalu yang melemparkan berita Twitter akan berhenti melayani publik tahun depan.
"Tidak ada sama sekali kebenarannya terkait isu itu," kata juru bicara Twitter sebagaimana dikutip Reuters Rabu (17/8).
Kedengungan rumor yang dilakukan lebih dari 100,000 penggunanya menggunakan tagar #SaveTwitter membuat gerah pihak perusahaan untuk langsung mengonfirmasi isu yang merebak.
Tidak diketahui awal mula penggunaan tagar tersebut, namun nampak adanya pengguna yang mengeluhkan kurangnya penanganan Twitter dalam mencegah aksi bullying yang terjadi dalam jejaring sosial tersebut.
Twitter telah dikritik atas kurangnya kebijakan pencegahan cuitan kasar para penggunanya. Para pengguna Twitter juga mengeluhkan kurangnya pengawasan dan pemblokiran cuitan yang dinilai mengandung kalimat yang menimbulkan pertengkaran didalamya.
Sebulan yang lalu, Twitter terkena suspensi dari beberapa pengguna, termasuk editor teknologi Breitbart, Milo Yiannopoulos agar berjanji melakukan tindakan pencegahan dan pemblokiran terhadap para pengguna yang membagikan status bersifat kasar dan menyerang pengguna lain.
Namun, hal tersebut tak lantas membuat pemasukan Twitter menyusut, justru mengalami kenaikkan sebesar 3,6 persen pada periode pertengahan tahun ini.