REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 20 Juli 1969, Neil Amstrong menjadi orang pertama yang mampu menapakan kaki di bulan, namun tak dinyana, banyak orang yang berkata pendaratan tersebut tidak benar-benar terjadi.
Berdasarkan survei e2save, sebanyak 52 persen orang Inggris tidak percaya dan mengklaim pendaratan yang dilakukan Apollo 11 tersebut palsu, meskipun disiarkan secara langsung melalui kanal televisi.
Mereka yang berusia 25-34 tahun adalah yang lebih skeptis menanggapi isu misi pendaratan di bulan tersebut. Sebanyak 73 persen orang mengatakan misi itu adalah hoax.
Namun, bagi mereka yang berusia 55 tahun, yang saat itu melihat dan menyaksikan peristiwa pendaratan pertama di dunia tersebut merasa tidak ragu dengan misi itu. Hanya sebanyak 38 persen meragukan misi tersebut.
Sementara diketahui bahwa sudah terdapat 12 astronot yang mampu mendaratkan kakinya di bulan, enam kali lebih sukses dari pengalaman pertama yang dilakukan Amstrong menggunakan Apollo 11 pada 1969, dan yang terakhir mendarat pada 1972.
Meski banyak bukti berkaitan keberhasilan misi tersebut, mulai dari foto, video, contoh batuan di bulan, pesawat antariksa, dan teknologi yang digunakan dalam misi, namun tetap saja banyak yang meragukan keasliannya.
Teori konspirasi dikatakan menjadi alasan meyakinkan bagi banyak orang untuk percaya, mulai dari bendera Amerika yang terbang setelah ditancapkan di permukaan bulan, serta tak ada bintang yang terlihat dalam foto. Setiap orang dalam hal ini telah kehilangan keraguannya dengan cepat oleh para ilmuwan.
Ulang tahun Nasa dalam merayakan sejarah pendaratan di bulan cenderung menjadi kesibukan bagi para penteori konspirasi, dan tahun lalu Profesor Brian Cox dan veteran Apollo Buzz Aldrin menohok mereka dengan mempertanyakan keaslian misi tersebut melalui Twitter dilansir laman Dailymail Sabtu (23/7).