REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Demam Pokemon Go dituduh sebagai penyebab sejumlah perampokan terhadap pengguna telepon genggam. Namun, tokoh kartun permainan itu juga membantu kepolisian Amerika Serikat memperbaiki hubungan tegang masyarakat dan menangkap tersangka.
Permainan itu, yang diciptakan pengembang permainan seluler Niantic untuk perusahaan Nintendo, memutarbalikkan dunia permainan, membuat pemainnya berdiri dari kursi dan berjalan ke luar untuk bermain. Dengan memperhatikan layar telepon, mereka mencari tokoh maya Pokemon, yang muncul di sejumlah perkantoran, restoran, museum, dan beragam tempat lain.
Pemain dapat memperoleh nilai melalui beragam cara, termasuk menangkap Pokemon itu dengan usapan jari di layar telepon genggam mereka. Permainan itu menjadi aplikasi gratis terbanyak diunduh di toko aplikasi Apple dan saham Nintendo melonjak hampir 25 persen pada Senin.
Kurang dari satu minggu setelah peluncuran di Amerika Serikat, tempat permainan itu menarik lebih dari 7 juta pengguna untuk "berburu". Namun, permainan itu juga mendapatkan tanggapan buruk. (Baca: Pokemon Go Boleh Dimainkan Saat Olimpiade Rio)
Sejumlah tempat suci, termasuk taman pahlawan Arlington di luar Washington DC, mendesak pemain menjauhi tempat itu. Museum Kenangan Holocaust AS juga meminta disingkirkan dari permainan tersebut, kata juru bicara museum itu.
Di penjuru Amerika Serikat, pemain dibawa menelusuri sejumlah jalan gelap dan ke wilayah berbahaya untuk mencari makhluk dalam permainan itu, hanya untuk menjadi sasaran penjahat.
Di College Park, Maryland, mahasiswa yang menggenggam telepon saku dan memainkan permainan itu menjadi korban perampokan pada Selasa malam oleh pelaku bersenjata, kata polisi. Di Antelope, Kalifornia, dua pria pemainnya pada Minggu malam dilaporkan menjadi korban perampokan dan pembajakan mobil oleh seorang pelaku bersenjata.