Senin 27 Jun 2016 13:33 WIB

Mahasiswa UI Kembangkan Aplikasi Baca untuk Tuna Netra

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Dwi Murdaningsih
Siswa penyandang disabilitas netra membaca soal dalam bentuk braille saat mengikuti ujian nasional (UN) di SLBA Yapti Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (4/4). (Antara/Yusran Uccang)
Foto: Antara/Yusran Uccang
Siswa penyandang disabilitas netra membaca soal dalam bentuk braille saat mengikuti ujian nasional (UN) di SLBA Yapti Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (4/4). (Antara/Yusran Uccang)

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK-- Mahasiswa jurusan Ilmu Politik angkatan 2013 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) Deka Komanda Yogyantara berhasil mengembangkan sebuah aplikasi bernama Ayobacain. Aplikasi ini bisa digunakan untuk membantu mereka yang berkebutuhan khusus (tuna netra) saat membaca buku.

Menurut Deka, ini juga menjadi aplikasi pertama di Indonesia. Sebab, aplikasi ini mengonversikan buku konvensional menjadi audiobook bagi para penyandang Tuna Netra. "Dan aplikasi Ayobacain tengah dikembangkan dan akan resmi diluncurkan pada Agustus 2016," kata Deka, Senin (27/6).

Para penyandang tuna netra dapat mengakses buku-bukunya melalui website www.ayobaca.in. Aplikasi Ayobacain di gawai ini juga berbasis iOS dan Android. Aplikasi ini gratis bagi para tuna netra untuk dapat membaca beragam buku. Mulai dari textbook, buku ilmiah, diktat, modul hingga novel dan komik.

Di samping itu, para pembaca buku dapat merekam di mana saja dan kapan saja sesuai kesediaan waktu yang mereka miliki. Oleh karena itu, mereka tidak harus membaca satu buku penuh tapi dapat membaca per-bab. Bahkan, bacaan tersebut nantinya dapat dilanjutkan oleh temannya yang lain.

Dia mengutarakan, aplikasi ini hadir karena dilatarbelakangi bentuk kepedulian Deka akan sedikitnya penyandang Tuna Netra yang dapat mengakses buku Braille di Indonesia. Selain itu, Deka melihat harga buku Braille  lebih mahal dan lebih tebal dari buku konvensional. "Serta judul buku yang sangat terbatas terutama dalam bahasa Indonesia," katanya.

Audiobook untuk tunanetra juga masih minim dan mayoritas masih berbentuk CD dengan distribusi yang masih terbatas. Deka menambahkan, hanya 2.000 orang dari 3,7 juta tunanetra yang dapat mengakses buku Braille di Indonesia. Kondisi ini sangat disayangkan di mana 40 persen dari 3,7 juta tunanetra tersebut masih dalam usia sekolah. Padahal mereka tentu membutuhkan akses terhadap ilmu pengetahuan melalui buku.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement