Jumat 24 Jun 2016 05:26 WIB

Parlemen Eropa Minta Robot Pekerja Miliki Status Manusia Elektronik

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Winda Destiana Putri
Robot. Ilustrasi
Foto: Dailymail
Robot. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MUNICH -- Robot pekerja tumbuh pesat di Eropa bahkan robot pekerja mulai disebut sebagai manusia elektronik.

Pemilik robot pekerja harus membayar jaminan sosial bagi robotnya. Namun meningkatnya jumlah robot pekerja membuat banyak pihak takut jumlah pengangguran meningkat sebab pekerjaan manusia digantikan oleh robot pekerja.

Seperti dilansir Dailymail beberapa waktu lalu, banyaknya robot pekerja mendorong Parlemen Eropa membuat rencana untuk memberlakukan pajak terhadap pemilik robot pekerja.

Selain itu Parlemen Eropa juga meminta agar robot pekerja memiliki status sebagai manusia elektronik dan punya sejumlah hak dan kewajiban. Apalagi sejumlah robot bentuknya menyerupai manusia.

Managing Director VDMA Robotic and Automation Patrick Schwarzkopf mengatakan, rencana Parlemen Eropa menerapkan aturan tersebut terlalu dini.

"Kami akan membuat kerangka hukum bagi manusia elektronik dalam 50 tahun mendatang, bukan 10 tahun," katanya.

Menurutnya, membuat hak dan kewajiban manusia elektronik sangatlah birokratis dan ribet. Ini akan mengganggu perkembangan robot pekerja.

Schwarzkopf menilai tak perlu ada rasa takut robot menggantikan manusia dalam bekerja. Sebab industri otomotif Jerman jumlah pekerjanya malah meningkat 13 persen. Sedangkan industri robot jumlah pekerjanya meningkat 17 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement