REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kementerian Komunikasi dan Informasi menyebutkan penggunaan internet mayoritas digunakan masyarakat untuk menikmati konten media sosial.
"Pengguna internet di Indonesia dari data paling banyak mengunakan media sosial," kata Kepala Biro Humas Keminfokom Ismali Cawidu saat diskusi di Gedung Pertemuan Ilmiah Universitas Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (4/5).
Dalam forum literasi media dalam rangka mendukung revolusi mental untuk mewujudkan masyarakat berintegritas, Ismail mengatakan rata-rata hampir setiap hari penggunaan internet didominasi penggunaan medsos selebihnya konten lain.
Menurut dia, diperlukan literasi untuk memahami karakteristik media sosial sebab media sosial hadir di tengah-tengah ruang publik yang menjadi sumber daya terbatas.
"Perlu diketahui bahwa media sosial tidak ada yang gratis, dan memiliki ciri ethenity yang hukumnya berlaku sama di kehidupan maya bahkan bisa menjadi jebakan. Hindari perbincangan politik dan SARA di medsos," ucapnya.
Selain itu medsos juga punya penyimpanan secara permanen di pemilik perusahaan medsos, meski sudah dihapus di dalam ponsel maupun akun medsos namun gambar tersebut masih tersimpan.
"Jangan salah medsos seperti facebook, twitter, whats up, instagram menyimpan seluruh percakapan dan gambar apapun itu. Salah satu pengguna medsos terbanyak adalah facebook saat ini," ujarnya.
Bahkan jumlah pengguna internet melalui ponsel pintar berbasis android di Indonesia kini sudah mencapai 124 juta pengguna. Sementara untuk keuntungan yang masuk ke kas negara mencapai Rp 14 triliun dari beberapa provider selular.
"Kita sudah melakukan himbauan agar masyarakat tidak terlalu mengunakan internet dengan medsos tapi kepada konten lain yang sifatnya edukasi, tetapi arusnya begitu kuat, ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat kita, bisa dimana saja membuka medsos," bebernya.
Sementara akademisi dari Unhas, Muliadi, menyatakan medsos saat ini masuk tanpa lagi melalui penyaringan atau sensor, semua masuk bahkan pornografi pun dianggap sebagai hal biasa dan lumrah pada jejaring medsos apa saja.
Berdasarkan data KPI pada 2012 jumlah pengaduan masyarakat tentang siaran yang tidak mendidik mencapai angka 43.407 ribu dan terus bertambah setiap tahunnya.
Saat ini masyarakat tidak lagi dipusingkan dengan informasi bahkan sangat puas dengan informasi yang masuk baik melalui media televisi, radio, koran maupun secara online asalkan punya jaringan internet dengan didukung paket data di ponsel.
"Mengapa harus ada literasi media, karena untuk menghindari dampak negatif. Sebab cara pandang media berbeda-beda begitupun masyarakat. Ini yang perlu disikapi semua pihak terutama Infokom sebagai pengontrol informasi," katanya
Selain itu saat ini masyarakat lebih percaya media dari pada fakta sebenarnya termasuk berkurangnya rasa mengkritisi berita apakah itu benar atau salah, karena mereka sudah lelah dengan informasi dimana-mana, belum lagi media online menyiarkan berita tanpa akurasi dan hanya mengandalkan kecepatan.
Ketua KPID Sulsel Aliem Febri Sonny juga sebagai pemateri menambahkan pihaknya terus mendorong agar perusahaan media bisa menyajikan siaran edukasi. Kendati masih banyak program yang dinilai melanggar pihaknya berusaha untuk terus melakukan pemantauan.
Diskusi tersebut dibuka Direktur Kemitraan dan Komunikasi Keminfo, Dedet Surya Nandika, didampingi Dekan Fisip Unhas Prof Andi Alimuddin Unde dan moderator dipandu Iqbal Sultan serta dihadiri sejumlah media dan mahasiswa.