REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru menunjukan bahwa baterai ponsel yang rusak atau tidak terpakai bisa digunakan kembali untuk memberi energi pada lampu.
Dengan menggunakan baterai tersebut, beberapa daerah pedesaan yang minim jaringan listrik sudah tak perlu khawatir lagi akan kegelapan.
Rata-rata, baterai ponsel saat ini diganti setiap dua tahun sekali untuk menjaga kondisi perangkat tetap stabil. Akan tetapi, kondisi, baterai lithium-ion yang ada pada ponsel tersebut sebenarnya masih pada kondisi yang baik. Batas maksimum pemakaian hingga 5 tahun, namun perusahaan teknologi enggan mengambil risiko sehingga menetapkan dua tahun sekali adalah batas ideal pemakaian baterai.
"Sisa waktu 3 tahun tersebut dapat digunakan untuk memberi daya pada lampu surya LED," kata peneliti, Kyung Hee dari University of Seoul.
Dilansir dari laman Sciencealert, Sabtu (30/4) energi merupakan masalah besar di daerah terpencil dan negara-negara berkembang, di mana mereka saat ini masih mengandalkan lampu minyak tanah untuk penerangan.
"Baterai ponsel yang digunakan terkait dengan panel surya yang akan memancarkan lampu dioda ini dapat menjadi pengganti yang baik untuk lilin atau lampu minyak tanah," kata Boucar Diouf pemimpin penelitian ini dalam jurnalnya.
Untuk menguji gagasan ini, Diouf menghubungkan baterai lithium-ion tunggal dari ponsel dan menggunakannya untuk menjalankan lampu surya 1 Watt selama lebih dari tiga jam. Ketika ia menukar lampu LED untuk 0,5 Watt, lampu mampu bertahan selama enam jam.
Diouf juga mengambil langkah lebih lanjut dengan menggunakan lampu 12-volt dari tiga baterai. Terbukti lampu tersebut mampu menerangi ruangan selama lima jam sehari dalam tiga tahun, tanpa perlu perawatan apapun. Lampu surya juga akan menghemat seluruh tumpukan emisi karbon yang dikeluarkan oleh lilin.
"Ketika satu baterai ponsel didaur ulang, sekitar 130 gram CO2 akan dijauhkan dari lingkungan sehari-hari," tulis Diouf.