Rabu 27 Apr 2016 20:49 WIB

KKP Kaji Teknologi Nanobubble untuk Budi Daya Ikan

  Budidaya ikan dalam keramba di danau bekas galian tambang Semen Gresik, anak perusahaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk di Desa Telago Waru, Tuban, Jawa Timur.  (Republika/Amin Madani)
Budidaya ikan dalam keramba di danau bekas galian tambang Semen Gresik, anak perusahaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk di Desa Telago Waru, Tuban, Jawa Timur. (Republika/Amin Madani)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengkaji penggunaan teknologi nanobubble yang bisa mendukung produksi ikan dalam rangka mendukung perikanan budi daya yang berkelanjutan.

"Melalui teknologi nanobuble ini, kualitas air akan terjaga. Ikan tumbuh secara optimal, dan hemat energi. Ini sangat cocok untuk dikembangkan karena selaras dengan konsep keberlanjutan," kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.

Slamet memaparkan, teknologi nanobubble adalah teknologi menjamin ketersediaan oksigen sangat tinggi dan dalam waktu yang lebih lama sehingga mampu mendukung produksi ikan karena aktivitas metabolismenya meningkat, sehingga lebih efektif dalam memanfaatkan pakan untuk pertumbuhan ikan.

Teknologi nanobubble itu, ujar dia, diharapkan menjadi solusi bagi pengelolaan kualitas air selama proses produksi budidaya, khususnya oksigen dalam air yang sangat diperlukan oleh ikan untuk kebutuhan metabolismenya.

Semakin kecil gelembung air maka jumlah difusi oksigen semakin besar dan kelarutan oksigen semakin tinggi. Prinsipnya, semakin kecil diameter gelembung maka akan semakin luas permukaan yang dapat besentuhan antara oksigen dan air.

Sedangkan melalui teknologi nano bubble, diameter gelembung diperkecil hingga mencapai skala nano, yang berarti luas permukaan akan semakin besar dan kelarutan oksigen semakin tinggi.

Selain itu, hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), teknologi nanobubble juga telah terbukti mempercepat pertumbuhan ikan sidat sampai 40 persen.

Berdasarkan data KKP, dalam lima tahun terakhir produksi perikanan budidaya telah meningkat cukup pesat dari 6,28 juta ton di tahun 2010 menjadi 14,359 juta ton pada 2014.

Slamet juga mengemukakan pentingnya kemandirian bagi pembudiaya sehingga akan memperoleh keuntungan yang terus-menerus apabila tetap memperhatikan keberlanjutan, baik keberlanjutan usaha maupun lingkungan.

"Ini adalah wujud tanggung jawan perikanan budidaya masa depan yang merupakan milik anak cucu kita. Sehingga kuncinya adalah keberlanjutan atau 'sustainable', khususnya dalam bidang perikanan budidaya," ucapnya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement