REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jepang mulai menguji sebuah program yang memungkinkan wisatawan untuk membayar barang hanya menggunakan sidik jari mereka, menurut The Yomiuri Shimbun, surat kabar Jepang.
Dilansir dari laman Mashable, Kamis (14/4) pemerintah Jepang berharap bahwa sistem baru akan menurunkan kejahatan dan meringankan kekhawatiran turis tentang uang tunai atau kartu kredit.
Ketika wisatawan tiba di Jepang, mereka dapat mendaftarkan sidik jari, data pribadi dan informasi kartu kredit di loket yang telah disediakan di bandara.
Informasi akan disimpan, dan akan digunakan ketika wisatawan mengunjungi hotel atau toko-toko. Mereka dapat melakukan pembelian, melalui prosedur pembebasan pajak dan memverifikasi identitas dengan memindai dua dari jari-jari mereka.
Rencananya program ini diterapkan pada musim panas mendatang di sekitar 300 toko yang tersebar di seluruh negeri Sakura tersebut. Jika semua berjalan dengan baik, perluasan juga akan dilakukan mengarah ke desa-desa lain.
Data yang dikumpulkan dari transaksi wisatawan juga akan digunakan untuk menganalisis perilaku dan strategi rencana pariwisata.
Tahun lalu, Huis Ten Bosch yang merupakan sebuah Themepark besar di kawasan Prefektur Nagasaki telah menggunakan sistem sidik jari ini.
"Sistem ini telah diterima dengan baik oleh pelanggan, termasuk anak-anak, karena memudahkan mereka untuk bertransaksi tanpa harus repot mengeluarkan dompet," kata juru bicara taman Huis Ten Bosch.