REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA -- Tingginya kebutuhan akan saintis data di Indonesia, mendorong Telkom Indonesia menggelar program Data Science Indonesia Bootcamp. Melalui program yang berlangsung mulai awal April 2016 hingga Oktober 2016, diharapkan lahir saintis data untuk memenuhi kebutuhan pasar.
”Ada kebutuhan yang begitu tinggi terhadap layanan big data,” ungkap EGM Telkom Divisi Digital Service Arief Musta’in di Jakarta, Rabu (14/4). Namun, menurut Arief, hal tersebut tidak di sertai ketersediaan saintis data yang memadai.
Jumlah saintis data di Indonesia terbatas. Diperlu adakan percepatan, salah satunya melalui acara bootcamp. Inisiatif Telkom menggelar Data Science Indonesia Bootcamp tak lepas dari memenuhi kebutuhan dimaksud.
Kekurangan saintis data disebabkan karena perkembangan teknologi big data bergulir sangat cepat. ”Ada lonjakan data yang sangat besar dan tidak struktur. Saintis data dituntut untuk menggabungkan berbagai disiplin ilmu (multi-disiplin) seperti statistik, matematika, bisnis, hingga komputer dan mengolah data tersebut menjadi rekomendasi yang berguna bagi perusahaan untuk mengambil keputusan,” papar Arief.
Data Science Indonesia Bootcamp sendiri merupakan program pelatihan intensif selama 6 bulan yang di organisir oleh Data Science Indonesia dan Ventura Lab. Program tersebut terbuka untuk fresh graduates hingga profesional dari berbagai industri, mulai banking, ritel, e-commerce, FMCG, pemerintah, bahkan startup. Terutama mereka yang memiliki latar belakang statistik, ilmu komputer, ekonomi/bisnis, hingga matematika.
Proses penyaringannya berlangsung pada 27 Februari 2016 hingga 11 Maret 2016 silam. Lewat Data Science Indonesia Bootcamp, PT Telkom berharap dapat merekrut 200 saintis data baru untuk memperkuat produk big data mereka. Arief mengatakan, saat ini pasar begitu demanding terhadap big data. ”Tidak hanya private sector, enterprise, bahkan pemerintahan sangat membutuhkan big data,” ungkapnya.
Tapi, mengapa big data menjadi begitu penting? Menurut Arief, big data kini menjadi pertimbangan penting bagi perusahaan untuk mengambil keputusan. ”Semakin presisi kita memanfaatkan data, semakin bagus,” bebernya.
Perusahaan juga dihadapkan pada volume data, kecepatan data, hingga variasi data yang sangat kompleks. ”Nah, big data mampu memodelkan sesuatu yang kompleks tersebut menjadi sebuah insights untuk mengambil keputusan. Keputusan yang di ambil diharapkan bisa lebih akurat, produktif, dan efisien,” ungkapnya.
Arief mencontohkan bagaimana petani di Korea Selatan menggunakan berbagai sensor sebagai sumber data baru. ”Dari sensor tersebut di dapat data yang kemudian di olah untuk mengetahui kapan menanam yang paling tepat sehingga mendapatkan produktivitas yang optimal,” ungkapnya.
Telkom sendiri memiliki dua produk big data. Big data yang digunakan untuk internal Telkom bertujuan agar mengelola perusahaan dapat semakin efektif dan efisien. ”Telkom terus berupaya untuk menjadi data driven company,” ungkapnya.
Telkom juga memiliki solusi big data eksternal untuk korporasi maupun pemerintah. ”Saat ini kami hanya bisa meng-handle 14 project untuk big data. Padahal permintaannya bisa dua kali lipat, datang dari perusahaan lokal maupun internasional,” ungkap Arief.
Beberapa produk big data Telkom antara lain geographic information system (GIS) hingga sosial media analytic. Dengan solusi GIS, misalnya, sebuah perusahaan makanan yang akan membuka gerai baru dapat melihat potensi dan nilai ekonomi suatu wilayah.
''Misalnya dengan melihat jumlah sekolah, ATM, bank, pom bensin, bahkan gerai kompetitor. Dari situ dapat di hitung kawasan mana yang Return On Investment (ROI) paling cepat,” ungkapnya.