Rabu 06 Apr 2016 12:43 WIB

Limbah Kulit Kaki Ayam Dijadikan Pembungkus Dodol

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Winda Destiana Putri
Ceker. Ilustrasi
Foto: Google
Ceker. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Penggunaan kemasan plastik sebagai pembungkus dodol disinyalir dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bagi manusia. Gangguan kesehatan yang timbul diakibatkan berpindahnya zat vinil khlorida ke bahan makanan.

"Vinil khlorida dan akrilonitril merupakan monomer yang berbahaya, karena berpotensi menimbulkan kanker. Selain memberi efek buruk bagi kesehatan, kemasan plastik dapat berpengaruh terhadap cemaran mikroba selama masa penyimpanan," ujar mahasiswa Jurusan Ilmu dan Industri Peternakan Fakultas peternakan UGM, Ridwan, Rabu (6/4).

Melihat kohndisi tersebut, Ridwan bersama empat temannya dari jurusan yang sama, Elisa Nirmalawati, Ahmad Solihin, Nurlissa Uke Dessy, dan Lintang Anggoro membuat inovasi penelitian dengan memanfaatkan shank ayam sebagai gelatin pembungkus dodol. Selain murah, dodol dengan pembungkus limbah kulit kaki ayam bisa langsung dikunyah.

Ridwan menjelaskan, shank ayam dapat digunakan sebagai alternatif pengganti plastik dengan membuat selongsong alami kemasan dodol. Selongsong alami ini memanfaatkan kulit shank (kaki) ayam broiler sebagai bahan baku dari gelatin. Sementara Gelatin merupakan protein hasil hidrolisis parsial kolagen.

Gelatin shank ayam diaplikasikan sebagai edible film dan edible coating. Edible film merupakan suatu lapisan tipis, terbuat dari bahan yang bersifat hidrolik dari protein maupun karbohidrat, serta lemak berfungsi sebagai bahan pengemas yang memberikan efek pengawetan.

Sedangkan edible coating adalah lapisan tipis yang dapat dikonsumsi dan digunakan pada makanan dengan cara pembungkusan, pencelupan, penyikatan atau penyemprotan untuk memberikan penahan yang selektif terhadap perpindahan gas, uap air, serta serta pelindung terhadap kerusakan mekanis.

"Penelitian ini dilakukan, karena gelatin edible film mempunyai keunggulan sebagai alternatif pengemas alami yang mampu menahan cemaran mikroba pada saat penyimpanan," papar Ridwan. Meski begitu, menurutnya, penelitian shank ayam ini masih memerlukan uji kualitas karakteristik.

Uji kualitas tersebut meliputi ketebalan, kuat tarik, kemuluran, dan aplikasi sebagai pengemas alami terhadap lama penyimpanan. Di antaranya meliputi kadar air, nilai Ph, aktivitas air, dan cemaran mikroba yang mengacu kepada standarisasi keamanan pangan SNI 7388 tentang cemaran mikroba.

Ridwan mengemukakan, pengembangan edible film pada makanan dapat memberikan kualitas produk yang lebih baik, memperpanjang daya tahan, dan dapat menjadi bahan pengemas yang ramah lingkungan.

Edible film ini tentu memberikan alternative bahan pengemas yang tidak berdampak pada pencemaran lingkungan. Karena menggunakan bahan yang dapat diperbaharui dan harganya murah.

"Kami berharap karya inovasi ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai panduan dalam membuat gelatin dari kulit kaki ayam, dan diaplikasikan untuk membungkus dodol," ujar Ridwan.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement