REPUBLIKA.CO.ID, Telah terjadi badai matahari yang cukup dahsyat di planet Jupiter. Astronom di Inggris melaporkan badai matahari dahsyat ini menimbulkan aurora.
Dilansir dari Science Alert, pada dasarnya aurora di planet disebabkan ketika partikel bermuatan dari Matahari berinteraksi dengan medan magnet planet. Warna-warna yang berbeda diproduksi oleh ion yang berbeda.
Di Bumi, aurora dapat dilihat di belahan bumi utara di daerah seperti Siberia, Islandia, Alaska, dan Kanada. Aurora ini jamak disebut Aurora Borealis.
Baru-baru ini Jupiter mengalami hal yang sama seperti di belahan bumi utara. Aurora ini dinamai aurora 'Jupiter X-ray'. Para peneliti dari University College London menjadi yang pertama untuk menyaksikan bagaimana perubahan ketika badai matahari bergerak di Jupiter menghasilkan aurora.
"Ketika badai raksasa terjadi, angin menjadi lebih kuat dan menekan magnetosfer Jupiter, menggeser batas dengan angin surya 2 juta kilometer melalui ruang angkasa," kata tim.
Untuk sampai pada kesimpulan ini, tim menggunakan NASA Chandra X-Ray Observatory untuk memantau jumlah sinar-X yang dipancarkan oleh planet selama dua kali pengamatan. Sebelumnya, pernah ada mirip badai raksasa selama 11 jam pada bulan Oktober 2011.
Dari data yang ada ternyata sinar X datang dan terbentuk dari kutub magnet utara dan selatan. William Dunn, penulis utama studi tersebut, menjelaskan pada tahun 2000, salah satu temuan yang paling mengejutkan adalah 'hot spot' sinar-X di aurora yang berputar mengeluarkan sinar X setiap 45 menit, seperti mercusuar planet. Ketika badai matahari pada tahun 2011, tim melihat bahwa hot spot berdenyut lebih cepat, mencerahkan setiap 26 menit.
"Kami tidak yakin apa yang menyebabkan peningkatan kecepatan ini tetapi, karena bergerak lebih cepat selama badai, kita berpikir denyutan juga terhubung ke angin matahari, serta aurora baru yang cerah," kata dia.
Selain menawarkan wawasan baru bagaimana bentuk aurora X-ray Jupiter, temuan ini memiliki implikasi yang jauh lebih luas. Temuan yang dipubikasikan dalam Journal of Geophysical research Space Physics ini dapat membantu memahami bagaimana planet terbentuk, dan bagaimana atmosfer yang berbeda bisa mendukung kehidupan.
Saat ini pesawat Badan Antraiksa AS (NASA) Juno dijadwalkan untuk mencapai Jupiter beberapa waktu musim panas ini. Pesawat ini akan menjelajahi medan magnet, aurora, dan suasana sehingga diharapkan ilmuwan dapat mengetahui bagaimana Jupiter terbentuk.
baca juga: Hasil Riset Siswa Indonesia Dibawa NASA untuk Misi ke Bulan