Rabu 23 Mar 2016 17:08 WIB

Hasil Riset Siswa Indonesia Dibawa NASA untuk Misi ke Stasiun Luar Angkasa

Kelompok siswa Indonesia menyiapkan perangkat eksperimen dalam bentuk microlab.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Dwi Murdaningsih
Roket Atlas-5 milik Aliansi Peluncuran Bersatu penuh muatan perbekalan dan peralatan percobaan ilmiah meluncur dari Florida pada Selasa (22/3), mendorong kapsul barang Orbital ATK ke Pangkalan Antariksa Internasional.
Foto: AP
Roket Atlas-5 milik Aliansi Peluncuran Bersatu penuh muatan perbekalan dan peralatan percobaan ilmiah meluncur dari Florida pada Selasa (22/3), mendorong kapsul barang Orbital ATK ke Pangkalan Antariksa Internasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Siapa yang menyangka peluncuran pesawat tak berawak milik Badan Antariksa AS (NASA) Roket Atlas V yang sudah melesat ke angkasa dari Cape Canaveral, Florida menuju orbit pada ketinggian sekitar 400 km (low earth orbit) pada pukul 23.05 waktu setempat atau pukul 11.05 waktu Jakarta tadi, membawa dua perangkat eksperimen ilmiah yang disiapkan oleh siswa-siswi Indonesia.

Eksperimen yang pertama disiapkan oleh satu team siswa SMA Unggul Del di Laguboti, Sumatera Utara, untuk mempelajari pertumbuhan ragi (yeast) di luar angkasa dalam kondisi near-zero gravity.  Eksperimen tersebut merupakan pendahuluan sebelum meluncurkan eksperimen berikutnya untuk mempelajari "how to grow tempe in space".

Eksperimen kedua disiapkan oleh team siswa gabungan dari beberapa SMA di Jakarta, Bandung, dan Jayapura untuk mempelajari pertumbuhan padi di luar angkasa "how to grow rice in space".

Kedua kelompok siswa ini menyiapkan perangkat eksperimen dalam bentuk micro-lab tersebut selama enam bulan terakhir dan bulan Januari berhasil lolos flight-test NASA yang sangat ketat dan boleh diluncurkan ke International Space Station (ISS/Stasiun Luar Angkasa Internasional) dengan ditumpangkan pada Cygnus cargo freighter.

Beberapa jam yang lalu, roket Atlas V sudah dalam perjalanan menuju orbit ISS. Setelah itu perlu beberapa hari untuk mengarahkan Cygnus sampai tiba docking/rendezvous tepat dengan ISS.  Para astronot yang sedang tinggal di ISS akan memindahkan perangkat eksperimen tersebut ke Nanoracks, suatu fasilitas penelitian di US National Lab di dalam ISS.

Stasiun angkasa luar ISS ini jika diletakkan di Bumi, bentangannya menutupi seluas lapangan sepak bola.  ISS yang mengorbit dengan kecepatan 8 km per detik dan mengitari Bumi 15 kali sampai 16 kali dalam 24 jam ini dihuni oleh beberapa astronot yang berasal dari beberapa negara yang tinggal bergantian selama beberapa bulan.

Perangkat micro-lab yang dirancang oleh para siswa SMA tersebut dilengkapi dengan kamera digital, sensor, dan  micro-controller, sehingga pertumbuhan ragi dan padi selama eksperimen berlangsung dapat diamati dari Bumi atau di manapun tempat asal terhubung dengan Internet, dengan mengunduh foto-foto dari micro-lab yang dipancarkan dari ISS ke Bumi.

"Beberapa hari dari sekarang, para siswa di Laguboti dan di Jakarta,Bandung, Jayapura tersebut akan mulai mengamati dan mencatat hasil eksperimen mereka," ujar Inisiator program riset siswa Indonesia di Badan NASA, JW Saputro saat dikonfirmasi Republika.co.id, Rabu (23/3).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement