REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerhana Matahari Total (GMT) pada Rabu, (9/3) pagi menyapa 12 wilayah provinsi di Indonesia mulai dari Bengkulu (Muko-Muko), Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Jambi, Bangka-Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah sampai Maluku Utara.
Apa Anda ingin kembali melihat GMT?
Bagi yang belum sempat menyaksikannya secara langsung maka perlu mencatat tanggal terjadinya GMT beberapa tahun ke depan. Meski begitu, tak semua GMT berikut ini bisa dilihat langsung dari daratan.
Berdasarkan situs Times and Dates, pada 21 Agustus 2017, GMT akan terjadi di Eropa Barat, Asia Utara/Timur, Afrika Utara/Barat, Amerika Utara, Amerika Selatan, Pasifik, Atlantik dan Arktik. Gerhana ini nantinya menjadi GMT pertama yang terjadi setelah tahun 1979. Gerhana ini bisa disaksikan masyarakat mulai dari bagian paling timur hingga barat Amerika.
Selanjutnya, pada 2 Juli 2019, GMT kembali akan terjadi di Amerika Utara, sebagian besar Amerika Selatan, dan Pasifik. Namun sayangnya sebagian besar akan terjadi di Lautan Pasifik. Sehingga gerhana ini tentu sulit dinikmati oleh masyarakat umum karena hanya bisa disaksikan jika menaiki kapal.
Setahun kemudian, tepatnya pada 14 Desember 2020, GMT juga akan terjadi di Afrika Selatan, sebagian besar Amerika Selatan, Pasifik, Atlantik, Laut India, dan Antartika. Namun lagi-lagi, GMT ini tak bisa dinikmati langsung di daratan. Sehingga masyarakat hanya bisa melihat maksimal 90 persen bagian matahari yang tertutupi bulan.
Sedangkan pada 4 Desember 2021, GMT bisa dilihat dari Australia Selatan, Afrika Selatan, Amerika Selatan, Pasifik, Atlantik, Laut India, dan Antartika. Tetapi gerhana ini diramalkan hanya bisa dinikmati oleh mereka yang berada di belahan bumi bagian selatan.