REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istilah 'smart' atau yang identik dengan makna benda-benda cerdas saling terintegrasi melalui koneksi internet akan semakin terasa di tahun ini. Hitachi Data Systems (HDC) memprediksi melalui Top Trends for IT 2016, keberadaan smart city atau kota pintar akan semakin terimplementasi di negara-negara seluruh dunia. Kota pintar juga sudah menjadi topik hangat di Asia Pasifik.
"Banyak negara akan berinisiatif membangun kota pintar," kata Vice President Global Chief Technology Officer Hitachi Data Systems (HDS) Asia Pasifik Hu Yosidha, Selasa (23/2).
Yoshida mengatakan, pembangunan smart city tidak akan lepas dari smart company atau perusahaan pintar. Namun dalam mewujudkan hal tersebut hanya sedikit pemerintah yang berpengalaman dan memiliki anggaran dalam menyulap negaranya menjadi terintegrasi secara digital.
Umumnya pemerintah akan bermitra dengan pemain utama di industri untuk berinvestasi dalam bidang Internet of Things (IoT). Melalui mitra tersebut ekosistem teknologi akan terbentuk dengan cepat. Itu sebabnya peran smart company terhadap pembangunan smart city sangat penting dalam suatu negara.
Perusahaan pintar akan menjadi katalis dalam membantu merealisasi kota pintar. Beberapa negara sudah membentuk berbagai macam inisiatif, seperti Digital India, Smart Nation Singapore, dan Digital China. Bahkan sebuah riset dari Navigant Research mengungkapkan, peluang bisnis bagi perushaan akan sangat besar. Total investasi tahunan kota pintar di bidang teknologi mencapai empat kali lipat hingga 11,3 miliar dolar AS pada rentang tahun 2014 sampai 2023 mendatang.
"Smart city bisa lebih cepat terealisasi dengan dukungan smart company," kata Yoshida.