REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sampah menjadi masalah besar di perkotaan seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan kota lainnya. Menurut laporan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) jumlah sampah DKI Jakarta mencapai 6.500 ton/hari. Dengan jumlah penduduk DKI Jakarta Hampir 9 juta jiwa, produksi sampah perkapita mencapai 0, 64 kg/hari.
“Masalah sampah di Jakarta sudah sangat tinggi, bahkan bisa dikatakan Jakarta sudah terjangkit kanker stadium 4 untuk masalah sampah”, kata Wahyono, Peneliti Madya Persampahan BPPT di kantornya (10/2).
BPPT merekomendasikan teknologi untuk memusnahkan sampah-sampah yang ada. Ada dua teknologi yang ditawarkan. Pertama, dengan proses bio dengan digester anaerobic atau pemanenan gas TPA (landfil) yang menghasilkan biogas dan juga menghasilkan listrik. Kedua, melalui proses thermal yang terdiri dari tiga jenis pengelolaan combustion (insenerasi), gasifikasi dan proses pirolisis.
Wahyono mengatakan proses bio sudah diterapkan di di beberapa TPA yaitu diantaranya TPA Bantar Gebang Bekasi, TPA Sukawentan Palembang, dan TPA Suwung Denpasar. Sistem bio memiliki kelebihan yaitu ramah lingkungan. Sayangnya, dibutuhkan waktu lama sekitar 20 hari per ton untuk memproses sampah ini menjadi bio gas.
Sementara untuk proses thermal waktu yang dibutuhkan sangat cepat sekitar 1-2 jam saja. Teknologi ini dapat menghasilkan listrik 30 kWh per ton sampah. Sayangnya, biaya untuk teknologi ini sangat tinggi.
Menurut dia, untuk menyelesaikan masalah sampah kota, Indonesia mau tidak mau harus menggunakan teknologi thermal. Melalui proses ini, timbunan sampah dalam jumlah besar bisa 'dibuang' dengan cepat. Dengan proses ini, timbunan sampah dalam jumlah besar melalui proses thermal (panas) dapat diubah menjadi panas yang kemudian dikonvensikan menjadi energi dalam bentuk energi listrik.