REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para peneliti mengatakan pengembangan vaksin untuk virus Zika bisa memakan waktu lima tahun, Selasa (26/1). Hingga saat ini, penyakit karena Zika belum ada obat dan penawarnya.
Virus tersebut tidak berimbas letal (mati) pada penduduk kecuali ibu hamil. Anak yang lahir dari ibu terinfeksi kemungkinan besar mengalami kelainan kepala yang disebut microcephaly.
Ini adalah kondisi dimana ukuran otak dan tempurung kepala menyusut sehingga perkembangannya terganggu.
"Kita tidak punya obat dan vaksin. Ini adalah kasus deja vu karena seperti Ebola," kata seorang profesor kesehatan global di Universitas Oxford, Trudie Lang.
Nyamuk Rekayasa Genetika Cegah Penyebaran Virus Zika
Menurutnya sangat perlu untuk mengembangkan virus secepatnya. Institut Butantan yang berbasis di Sao Paulo saat ini sedang memimpin penelitian terhadap Zika. Direkturnya memperingatkan bahwa pengembangan vaksin bisa memakan waktu tiga hingga lima tahun.
Kemarin, WHO menyatakan virus Zika kemungkinan menyebar hingga seluruh Amerika. Virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes ini telah menyebar ke 21 negara dan wilayah sekitar sejak Mei 2015. Kurangnya imunitas disinyalir membuat virus menyebar dengan cepat.
baca juga:
Suara Alquran Bisa Meningkatkan Produksi Susu Perah
Sukseskan KB Lewat Teknologi Ponsel