Jumat 22 Jan 2016 10:26 WIB

Apple dan Samsung Gunakan Baterai yang Ditambang Anak di Bawah Umur?

Rep: MgROL55/ Red: Dwi Murdaningsih
penambang di bawah umur
Foto: Afterwatch
penambang di bawah umur

REPUBLIKA.CO.ID, Teknologi raksasa Apple, Samsung dan Sony dituduh gagal untuk memastikan bahan yang digunakan dalam produk mereka tidak berasal dari tambang yang mengeksploitasi pekerja anak. Amnesty International dan Afrika Resources Watch (Afrewatch) menuduh perusahaan karena pengawasan yang longgar mengenai pemakaian kobalt dari tambang di Republik Demokratik Kongo. Mereka menyayangkan jutaan orang menikmati manfaat dari teknologi baru tapi jarang ada yang bertanya bagaimana mereka dibuat.

Kobalt digunakan dalam baterai isi ulang yang ditemukan di banyak laptop, ponsel dan kendaraan listrik. Namun, sebuah laporan yang ditemukan oleh kelompok kampanye mengatakan produk yang dijual di seluruh dunia ditengarai mengandung jejak logam dari tambang Kongo informal tanpa sepengethauan  perusahaan teknologi.

Dilansir dari Dailymail, Apple mengatakan memiliki kebijakan toleransi nol terhadap pekerja anak. Sedangkan, Samsung SDI akan melakuakn evaluasi tertulis dan di tempat inspeksi semua pemasok untuk sertifikasi sesuai dengan hak asasi manusia, tenaga kerja, etika, lingkungan dan standar kesehatan.

Laporan ini menggambarkan bagaimana para pedagang membeli kobalt dari daerah pekerja anak ini. Lantas menjualnya kepada anak lokal konglomerat Cina Zhejiang Huayou Cobalt. Laporan menunjukan anak berusia 12-tahun bekerja menggali logam di daerah pertambangan.

Peneliti mengklaim telah mengidentifikasi 16 perusahaan elektronik konsumen multinasional yang berlangganan dari produsen baterai Asia yang memperoleh cobalt dari perusahaan Cina. Setelah diproses, kobalt dijual ke produsen komponen baterai di Cina dan Korea Selatan, yang memasok perusahaan multinasional.

"Ini adalah paradoks utama dari era digital terkaya, perusahaan yang paling inovatif di dunia yang mampu memasarkan perangkat sangat canggih tanpa diminta untuk menunjukkan di mana mereka mendapatkan sumber bahan baku untuk komponen mereka," ujar direktur eksekutif Afrewatch Emmanuel Umpula.

Laporan itu berdasarkan penelitian pertambangan Kongo dan dikhususkan smelter di Kongo selatan milik Congo Dongfang Mining International (CDM). Para peneliti mewawancarai 17 anak di lima tambang di mana mereka mengatakan anak-anak berumur tujuh memulung untuk batuan yang mengandung cobalt.

Para penulis laporan itu mengatakan mereka melihat pekerja dari tambang antrian untuk menjual cobalt untuk membeli rumah yang mengaku menjual ke CDM. Setelah dilebur, cobalt tersebut diekspor ke Cina sebelum dijual ke produsen baterai yang mengaku memasok perusahaan elektronik top-end termasuk Apple, Samsung, Sony dan 13 lainnya.

baca juga:

Ilmuwan Temukan Kandidat Planet Baru di Tata Surya

Keunggulan 3 Seri ThinkPad Besutan Lenovo

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement