Kamis 14 Jan 2016 09:32 WIB

Ditemukan, Perkakas Batu Berusia 118 Ribu Tahun di Sulawesi

Rep: amri amrullah/ Red: Ani Nursalikah
Analisis gigi mengindikasikan Homo floresiensis alias ‘hobbit’ bukanlah manusia modern dengan ukuran yang lebih kecil.
Foto: Yousuke Kai
Analisis gigi mengindikasikan Homo floresiensis alias ‘hobbit’ bukanlah manusia modern dengan ukuran yang lebih kecil.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Para ilmuwan di Prancis mengungkap perkakas batu berusia 118 ribu tahun di Indonesia timur, Rabu (13/1). Namun yang mengherankan, tidak ada fosil manusia purba yang ditemukan di wilayah ini.

Dalam jurnal Nature, peneliti menunjukkan adanya kemungkinan hubungan dengan orang-orang yang pertama tiba di daratan Australia. Perkakas batu ini digali di empat lokasi terpisah di Sulawesi, yang dianggap barang berharga di saat manusia pertama kali menginjak wilayah kepulauan di nusantara.

Pada 2003, peneliti menemukan fosil manusia kecil dari spesies Hominin, istilah garis keturunan manusia purba dan modern di pulau Flores. Fosil ini dijuluki Hobbit.

"Wilayah Flores bukanlah satu-satunya pulau di Indonesia yang pernah dihuni oleh manusia purba sebelum Homo sapiens, sebutan untuk manusia modern yang tiba di kepulauan ini sekitar 50 ribu tahun lalu," kata Grrit van den Bergh, Peneliti di Universitas Wollongong, Australia, dilansir dari AFP, Kamis (14/1).

Banyak ilmuwan mengatakan Hobbit merupakan keturunan dari spesies Homo erectus yang punah lebih dari ratusan generasi sebelumnya. Proses menjadi Hobbit ini disebut 'pengerdilan insular' dimana manusia yang bermigrasi melintasi jembatan benua ketika daratan lebih tinggi dari permukaan air laut. Mereka kemudian terdampar dan terperangkap di pulau-pulau nusantara setelah menetap dan ketingian air laut meningkat.

"Fosil fauna yang berkaitan dengan Hobbit dan perkakas batu jelas menunjukkan kondisi pulau-pulau ini terisolasi," kata Van den Bergh.

Sedangkan ilmuwan lain berpendapat manusia Hobbit Flores, memiliki asal usul yang berbeda dan beberapa bahkan mengaitkan sebagai kelompok manusia modern yang mengalami perbedaan genetik mengakibatkan pengecilan tengkorak dan kerangkanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement