REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) membutuhkan tambahan peneliti baru untuk regenerasi penelitian bidang nuklir.
"Saat ini usia rata-rata peneliti di Batan 48 tahun, jelas tidak ideal. Sehingga kami berharap ke depan bisa mendapatkan alokasi rekrutmen peneliti baru lebih banyak," kata Kepala Batan Prof Dr Djarot Sulistyo di Bandung, Senin.
Ia menyebutkan usia rata-rata peneliti di Badan itu tidak ideal, dan membutuhkan tambahan yang baru menyusul kian diperlukannya penelitian nuklir di masa depan.
Djarot mencontohkan, para peneliti Batan di Reaktor Triga di Jalan Taman Sari Kota Bandung rata-rata di ataa 50 tahun atau 50 persen dari total peneliti dan karyawan yang ada di sana.
Bahkan ia menyebutkan, dari jumlah peneliti di bawah 50 tahun itu sebanyak 50 persen berusia 40 tahun.
"Jumlah karyawan Batan saat ini sebanyak 2.841 orang, namun hanya 21 persen saja yang berusia 40 tahun ke bawah. Kami berharap mendapat alokasi rekrutment peneliti muda dalam jumlah yang signifikan," katanya.
Motarotium penerimaan PNS, sangat berpengaruh terhadap institusi yang bertanggung jawab terhadap pengembangan dan penelitian nuklir untuk kebutuhan riset, pendidikan dan juga pemanfaatan untuk kesejahteraan masyarakat.
"Bayangkan, setiap tahun 180 karyawan Batan pensiun, bila moratorium terus dilakukan maka dalam 10 tahun saja karyawan Batan akan habis," katanya.
Lebih lanjut ia menyebutkan, penelitian Batan sangat diperlukan dengan prioritas riset dan untuk menunjang berbagai program pemerintah, salah satunya sektor pertanian.
"Litbang Iptek Nuklir diharapkan bisa melakukan regenerasi. Yang jelas Indoneia memiliki sejarah 50 tahun mengoperaikan reaktor nuklir, dan itu harus menjadi spirit bagi Bangsa Indonesia," kata Kepala Batan itu menambahkan.