REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Ilmuwan akhirnya mengakhiri perdebatannya terkait sumber suara ketika kita menggemeretakkan jari. Perdebatan mengenai sumber bunyi yang terdengar dari jari-jari yang digemertakkan berakhir setelah penemelitian yang dilakukan menggunakan mesin ultrasound yang 100 kali lebih akurat dibandingkan Magnetik Resonance Imaging (MRI).
Sebelumnya, selama bertahun-tahun ilmuwan berdepat menegnai sumber suara tersebut. Dilansir dari Sciencealert April lalu ilmuwan asal Universitas Alberta telah menerbitkan sebuah makalah mengenai pemindaian jari yang gemeretak menggunakan MRI. Hasilnya memperlihatkan sumber suara gemeretak berasal dari pecahnya gelembung udara yang terbentuk dalam cairan yang mengelilingi sendi jari yang disebur cairan sinovial.
Tim peneliti yang dipimpin oleh ahli radiologi Robert D Boutin asal Universitas California telah meminta 40 sukarelawan untuk uji coba. Sebanyak 30 orang telah biasa menggemeretakkkan jari tangannya dan sisanya tidak terbiasa. Mereka yang terbiasa melakukannya telah menggemeretakkan jarinya sebanyak 20 kali sehari selama 40 tahun. Para ilmuwan menyebut sendi yang digemeretakkan adalah sendi metacarpophalangeal (MPJ).
Berdasarkan pengamatan mesin ultrasound sekali menggemeretakkan jari terdapat 400 sendi retak. Mesin USG juga mencatat sumber suara gemeretak. Menurut Boutin mesin ultrasound dapat menangkap gerakan 10 kali lebih kecil dibandingkan MRI. "Kita melihat adanya kilatan dari USG seperti kembang api yang meledak di sendi," ujar dia, Selasa (2/12).
Ini merupakan temuan tak terduga. Ilmuwan menyimpulkan retakkan dan kilatan yang tergambar dari USG berhubungan dengan perubahan tekanan yang terjadi pada cairan sinovial. "Ada beberapa kontroversi selama bertahun-tahun tentang apa yang terjadi pad sendi ketika digemertakkan. Kami yakin suara retak dan flash terang pada USG (ultrasound) berhubungan dengan perubahan dinamis dalam tekanan pada felembung gas pada sendi," kata dia.
Perdebatan tentang ini pernah terjadi pada tahun 1947, sebuah makalah mengatakan bahwa suara yang dihasilkan merupakann bahwa bunyi itu berasal dari terbentuknya gelembung gas dari cairan sinovial. Hipotesis ini dibantah 30 tahun kemudian ketika peneliti lain mengatakan bahwa akan lebih masuk akal jika bunyi itu dihasilkan dari pecahnya gelembung gas.