Senin 30 Nov 2015 16:42 WIB

Peneliti Temukan Bekas Jejak Roket Apollo 16 di Bulan

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Dwi Murdaningsih
tanda bekas jejak pesawat apolo di bulan
Foto: NASA/science alert
tanda bekas jejak pesawat apolo di bulan

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Peneliti AS menemukan sebuah jejak yang terbentuk akibat dorongan roket Apollo yang jatuh di bulan 44 tahun lalu, Senin (30/11). Dilansir dari Sciencealert Apollo 16 adalah misi ke lima. Misi ini berhasil mendaratkan manusia di bulan dan kembali dengan selamat ke bumi.

Saat tiba di bulan mereka bereksperimen dengan menjatuhkan pendorong atau booster ke permukaan bulan. Ini dilakukan agar mereka dapat menyelediki bulan. Namun data pelacak mengalami kerusakan yang mengakibatkan roket pun tersesat. Sehingga astronot tak mengetahui dimana booster tersebut jatuh.

Kini, seorang ahli fisika dari Universitas Johns Hopkins, Jeff Plescia telah menemukan lokasi booster yang hilang di luar bumi. Dia menggunakan gambar resolusi tinggi dari sistem NASA Lunar Reconnaissance Orbiter (LROC).

"Saya akhirnya menemukan kawah Apollo 16 SIVB," ujar Plescia ujarnya kepada Leonrad David saat di luar angkasa.

Namun kondisinya saat ini lebih buruk dibandingkan saat hilang pertama kali. Apollo 16 merupakan misi apollo kedua dari yang terakhir. Dalam misi tersebut ada astronot John Young, Thomas Mattingly II dan Charles Duke Jr. Mereka sempat meninggalkan protret keluarga di permukaan bulan.

Misi ini diluncurkan dari Florida pada 16 April 1972. Young dan Duke sempat menggunakan pendarat bulan Orion saat mendarat di Descartes Highlands, salah satu lokasi di bulan.

Selain menemukan kawah, NASA berhasil mendeteksi bahwa gravitasi planet bumi telah membentuk retakan di permukaan bulan dan menyebabkan terjadinya gempa bulan.

Namun tanpa jaringan sensor seismik yang mengatur bulan, mereka tidak dapat menguji hipotesis tersebut. Mereka juga beruntung setelah 40 tahun masih dapat melihat jejak aktivitas manusia di bulan dengan satelit. n Ratna Ajeng Tejomukti

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement