REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Reaktor TRIGA 2000 di Bandung bakal segera kembali beroperasi. Keberadaan reaktor yang telah beroperasi sejak tahun 1965 itu sejatinya masih dibutuhkan publik.
Reaktor TRIGA 2000 telah selesai direnovasi dan diperkuat struktur reaktornya. Kepala Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Efrizon Umar mengatakan, batang kendali Reaktor TRIGA 2000 juga sudah berhasil diganti.
"Batang kendali yang baru ini dibuat di Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir Serpong dan telah mendapat persetujuan modifikasi dari BAPETEN," ujar Efrizon melalui keterangan yang diterima Republika, Kamis (26/11).
Reaktor TRIGA 2000 akan kembali memproduksi radioisotop dan radiofarmaka untuk rumah sakit dan pihak swasta lainnya di Pulau Jawa. Ditambah lagi pemanfaatan analisis aktivasi neutron yang dikembangkan PSTNT juga digunakan untuk meneliti kualitas udara di seluruh Indonesia.
"Jadi bukan sekadar kebanggaan saja karena ini reaktor pertama di Indonesia. Tapi memang masih dibutuhkan. Apalagi saat ini terjadi kelangkaan radioisotop di Indonesia. Terdekat misalnya, kita bisa suplai untuk RS Hasan Sadikin," kata Efrizon.
Dalam kajian yang yang diminta International Atomic Energy Agency (IAEA) diketahui bahwa keberadaan Reaktor TRIGA 2000 setidaknya masih dibutuhkan oleh sebanyak 25 pemangku kepentingan, baik itu pihak swasta maupun pemerintah.
Efrizon mengatakan, Reaktor TRIGA 2000 tidak hanya fokus memproduksi radioisotop. Sesuai strategic plan terbaru, PSTNT juga bakal menggandeng sejumlah perguruan tinggi untuk memanfaatkan fasilitas reaktor untuk praktikum tertentu.
"Jadi mereka tidak perlu lagi bikin laboratorium untuk praktikum. Tapi bisa di sini. Bisa juga digunakan untuk riset S2 dan S3," kata dia.
Saat ini, perpanjangan izin operasi reaktor sedang disiapkan dan akan diajukan ke BAPETEN. Jika tidak ada hambatan, Efrizon mengatakan, Reaktor TRIGA 2000 bisa terus beroperasi hingga 2026.
Disamping itu, berkaca pada pengalamn negara lain yang menghentikan reaktor risetnya menurut Efrizone decommissioning tidak murah. Seperti di Reaktor di Buffalo, Amerika Serikat misalnya, decommissioning-nya menghabiskan sekitar 14,4 juta dolar AS.