Kamis 19 Nov 2015 18:53 WIB

Ilmuwan Kembangkan Laptop Kimia untuk Deteksi Alien

Ilmuwan NASA mengembangkan laptop kimia
Foto: Mashable
Ilmuwan NASA mengembangkan laptop kimia

REPUBLIKA.CO.ID, Ilmuwan yang bekerja di badan antariksa AS (NASA) sedang mengembangkan alat yang disebut Chemical Laptop. Laptop kimia ini bisa membaca sampel bahan pada tubuh kosmik, seperti es di Jupiter. Laptop ini bisa membantu ilmuwan mencari tahu apakah ada tanda-tanda kehidupan asing.

Laptop ini dirancang untuk mengambil sampel cairan dan mencampurnya dengan pewarna tertentu untuk mendeteksi asam lemak atau asam amino yang menjadi pertanda adanya kehidupan. Nantinya, zat-zat ini bisa dideteksi melalui laser. "Perangkat kami adalah analisa kimia yang dapat diprogram seperti laptop yang bisa menjalankan fungsi yang berbeda," ujar ahli teknologi NASA Fernanda Mora, seperti diberitakan Mashable.

Seperti laptop pada umumnya, laptop ini juga dilengkapi dengan aplikasi yang bisa menganalisis asam amino dan asam lemak. Asam amino dan asam lemak, keduanya merupakan zat yang menjadi kunci kehidupan. Asam amino merupakan bahan dasar dari protein, sedangkan asam lemak ditemukan dalam membran sel.

Namun, kedua zat tersebut bisa terbentuk secara alami di alam. Artinya, jika komputer mendeteksi alat ini, bukan berarti otomatis disimpulkan ditemukan aktivitas alien atau ada kehidupan lain. Karena kompleksitas ini, laptop kimia dirancang untuk membedakan antara zat yang dibuat lantaran faktor biologis (hidup) atau alami.

Untungnya, ilmuwan sudah bisa menemukan asam amino left handed atau right handed, keduanya merujuk pada letak gugus amino pada struktur kimia protein. Di bumi, sebagian besar asam amino merupakan kiri. Hal ini menjadi hipotesa bahwa asam amino pertama kehidupan merpakan jenis kiri. Jika asam amino yang ditemukan dominan kanan atau kiri, itu bisa menjadi tiket emas yang menjadi petunjuk adanya kehidupan di planet lain atau tidak.

"Jika uji menemukan 50-50 campuran asam amino kanan dan kiri, kita bisa menyimpulkanbahwa sampel itu mungkin tidak berasal dari benda hidup," kata Jessica Creamer, postdoctoral yang bekerja di NASA.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement