REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara berharap Indonesia mampu menghasilkan sekitar 200 socio-technopreneur setiap tahun. Kehadiran socio-technopreneur dibutuhkan untuk menggarap potensi sekaligus mengatasi berbagai persoalan di negeri ini.
''Seperti Gojek, misalnya. Aplikasi ini tidak saja menawarkan solusi transportasi namun juga membuka peluang kerja yang baru,'' kata Rudiantara di Jakarta, usai membuka acara XL Future Leader angkatan IV.
Kehadiran socio-technopreneur sangat dibutuhkan seiring dengan pengembangan konsep jalan tol informasi yang digagas pemerintah. Pada program ini, pemerintah akan menyediakan akses broadband kepada seluruh rakyat, termasuk mereka yang tinggal di pelosok.
Pada sisi lain, bisnis di sektor TIK juga cukup menggiurkan. Rudiantara kemudian menunjuk potensi e-commerce. Hingga 2020 potensi sektor ini diperkirakan mencapai 15 miliar dolar AS. Pemerintah sendiri terus menyiapkan infrastruktur pendukung, seperti national payment gateway.
Masyarakat disebut Rudiantara telah merespons perkembangan itu. Fenomena ini tampak dari makin banyaknya start up, UMKM dan perusahaan yang sudah establish. Bila tahun lalu start up diperkirakan baru sekitar 2.000, pada perhelatan Tech in Asia terungkap start up tumbuh menjadi sekitar 4.000
Pemerintah, kata Rudiantara, akan terus mendorong kehadiran start up ini. Mereka inilah yang akan menjadi sosio-enterpreneurship di Indonesia. Menteri juga minta kalangan operator memberikan dukungan.
''Saya minta operator menyiapkan space agar start-up bisa berinteraksi dan berkarya. Katakanlah satu operator menyiapkan space sekitar seribu meter pesegi untuk mereka di dekat kantornya. Ini akan memberi kontribusi yang banyak dalam pengembangan sosio-enterprenurship,'' kata Rudiantara.