REPUBLIKA.CO.ID, CAMBRIDGE -- Teknologi pesawat tanpa awak akan kian populer di amsa depan dalam hal jasa pengiriman. Sayangnya, perangkat drone ternyata memiliki pasokan listrik yang terbatas. Setelah menghabiskan beberapa waktu di udara, pemilik harus sering mengawasinya, untuk memastikan agar drone tidak tersangkut di pohon atau terjatuh di tanah.
Namun, sebuah perusahaan telekomunikasi The PARC (Reconnaissance Aerial Persistent and Communication) telah menyempurnakan pembuatan pesawat tak berawak tersebut. Drone ini dibuat oleh produsen CyPhy Works dan di sebut-sebut dapat bertahan di udara selama 100 jam lamanya.
Dengan sistem microfilament proprietary, yang secara efektif membentang kabel listrik khusus dari tanah ke unit udara yang diharapkan dapat menambah waktu penerbangan drone agar lebih lama terbang di udara.
"Drone ini pada dasarnya adalah sejenis robot dengan waktu penerbangan tak terbatas di udara," kata Helen Greiner, pendiri CyPhy Works, dalam konferensi pers EmTech 2015 di Cambridge, Massachusetts, seperti dilansir Science Alert, Ahad (15/11).
Sistem microfilament bisa membantu membuat drone tersebut dapat bertahan di segala situasi, tidak terbatas oleh jarak. PARC sengaja merancang drone tersebut sebagai bagian dari unit pengawasan yang dapat bertahan lama untuk memantau dan mengamati gerakan, yang banyak digunakan oleh tentara militer AS.
Pekan ini produsen pembuatnya mengumumkan bahwa drone tersebut, telah mendapatkan izin dari US Federal Aviation Authority (FAA) untuk dijual secara komersial. Bahkan, kabarnya drone ini akan di rilis pada tahun 2017 mendatang.
Selain menyambungkan perangkat listrik sampai ke drone, kabel microfilament juga dapat digunakan sebagai kabel data, yang berguna untuk memastikan bahwa rekaman pengawasan PARC dapat direkam dalam versi high-definition dan mode night-vision. Drone ini dapat terbang di udara sampai ketinggian 150 meter di atas permukaan tanah. Drone ini juga dilengkapi betarai internal yang bisa digunakan untuk pendaratan darurat.