REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintahan siap membangun pembangkit listrik berkapasitas 35 ribu megawatt (MW). Sebab kebutuhan listrik ke depan semakin meningkat.
Deputi Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir Dr. Ferhat Aziz mengatakan, target pembangunan pembangkit listrik 35 Ribu MW sangat logis. Sebab sebenarnya kebutuhan minimal listrik yang harus disuplai sebanyak 115 ribu MW.
"Makanya listrik 35 Ribu MW memang target rasional. Namun sayangnya BATAN tidak bisa berkontribusi dalam penyediaan listrik 35 Ribu MW hingga 2019 mendatang," kata Ferhat, Kamis, (12/11).
BATAN, ujar dia, tak bisa ikut menyediakan listrik 35 ribu MW karena membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) itu membutuhkan waktu yang sangat lama padahal target pemerintah dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan.
Untuk studi tapak pembangunan PLTN membutuhkan waktu tiga tahun. "Lamanya pembangunan PLTN karena sulitnya memenuhi persyaratan keselamatan yang sangat ketat."
Misalnya, untuk membangun PLTN harus mencari tempat yang bukan daerah patahan aktif. Pembangunan PLTN paling cepat tujuh tahun.
"Saya mendapat informasi di Uni Emirat Arab membangun PLTN selama delapan tahun. Bahkan di Finlandia bisa belasan tahun, makanya sulit kalau mengejar ikut target listrik 35 ribu MW."
Salah satu titik lemah nuklir, terang dia, pembangunan PLTN membutuhkan waktu antara 7-10 tahun. "Makanya kami tak bisa berkontribusi pada target pembangunan pembangkit listrik 35 ribu MW pada 2019, kami bisa kontribusi sesudah itu," ujar Ferhat.