Sabtu 31 Oct 2015 18:10 WIB

DPR: Kebutuhan PLTN tak Dapat Dihindari

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Djibril Muhammad
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir/PLTN (ilustrasi)
Foto: EPA/Laurent Dubrule
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir/PLTN (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPR RI Komisi VII Kurtubi menyatakan, kebutuhan akan pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN tidak bisa lagi dihindari. Sebab, dengan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat, kebutuhan akan energi semakin meningkat.

Menurut Kurtubi, Indonesia saat ini hanya mampu memproduksi listrik sekitar 53 ribu MW. Jumlah tersebut dinilai masih terlalu kecil dengan luas wilayah Indonesia yang besar, serta jumlah penduduk yang banyak.

Dengan kapasitas itu, mengakibatkan seringnya pemadaman listrik seperti di Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi, NTB, karena kapasitas pembangkit yang kecil.

"Menurut pendapat saya, pada akhirnya kita harus membangun PLTN kapasitas besar. Karena kapasitas pembangkit listrik kita amat sangat rendah," ucap Kurtubi kepada Republika.co.id, di Jakarta, Kamis (22/10).

Kurtubi memaparkan, jika menggunakan indikator yang berlaku umum, konsumsi listrik perkapita Indonesia hanya seperlima dari Malaysia. Artinya masyarakat Malaysia menggunakan listrik lima kali lipat lebih banyak dari orang Indonesia. Hal itu juga menunjukkan rumah tangga Malaysia lebih makmur.

Untuk menyamai tingkat konsumsi listrik perkapita saat ini, lanjut dia, berarti Indonesia harus meningkatkan kapasitas pembangkit listrik dari 53 ribu MW, menjadi sekitar 250 ribu MW.

Apalagi, listrik yang cukup tidak hanya untuk menghindari pemadaman. Tapi juga untuk keperluan investasi, karena industri apapun yang dikembangkan, tetap membutuhkan listrik.

Padahal, Indonesia sudah memaksimalkan pembangkit listrik dari potensi batu bara, tenaga air, gas, tenaga surya, bahan bakar terbarukan, namun masih belum juga cukup. Bahkan hanya untuk sekadar menyamai Malaysia, apalagi Singapura, dan Australia.

"Maka perlu ada terobosan membangun pembangkit listrik berkapasitas besar, karena biaya perkwh nya jauh lebih murah kalau kapasitas besar," ujar politisi Nasdem tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement