REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adanya alat-alat elekronik semakin memudahkan kehidupan. Kini, ilmuwan terus berlomba-lomba membuat perangkat elekronik canggih yang hemat energi. Bahkan, kalau bisa perangkat ini bisa digunakan tanpa menggunakan listrik.
Belum lama ini, ilmuwan dari SALt (Sustainable Alternative Lighting) juga menemukan teknik menciptakan lampu yang bisa menyala selama delapan jam tanpa listrik. Lampu ini bisa menyala dengan segelas air dan dua sendok teh garam. Anda mungkin bisa membayangkan bagaimana jika air laut digunakan untuk menyalakan lampu ini. (selengkapnya di artikel: Air garam bisa nyalakan lampu ini)
Lampu garam yang disebut SALt ini bekerja dengan prinsip baterai galvanik. Sistem ini terdiri dari laritan elektrolit yaitu air garam, dan dua elektroda. Ketika elektroda ditempatkan dalam elektroliit, energi mampu mengidupkan lampu. Sistem ini bisa menyalakan lampu selama delapan jam sehari selama kurun waktu enam bulan.
Lampu ini telah diuji coba di Filipina. Di Filipina, sebanyak 7.000 pulau belum memperoleh listrik. Tim Salt memutuskan untuk mendistribusikan lampu ini untuk mesyarakat Filipina. "Air laut bisa berfungsi menghidupkan lampu. Rata-rata, air laut memiliki salinitas 35 gram dalam 1.000 gram air. Anda bisa menggunakan air laut untuk menghidupkan lampu ini kapan saja," ujar tim.
Mahasiswa asal Kanada yang baru-baru ini membuat lemari es yang bisa digunakan untuk mendinginkan makanan tanpa listrik. Lemari es ini juga portable jadi mudah dibawa kemana-mana. Makanan yang dimasukan ke dalam lemari es tersebut didinginkan melalui proses pendinginan evaporatif. Lemari es ini bekerja dengan menarik udara melalui corong yang dimasukkan ke dalam pipa yang telah terkubur di bawah tanah. Setelah udara menjadi dingin, lantas dimasukkan ke dalam pipa kaleng melingkar yang telah direndam dalam air di ruang penguapan.
Proses penguapan tersebut dibantu oleh kipas kecil bertenaga surya. Setelah dingin, uap air yang berada di dalam pipa ini kemudian dialirkankan kembali melalui pipa bawah tanah sebelum memasuki ruang pendingin. “Saat ini memang masih menggunakan sedikit listrik dari panel surya, tapi desain akhirnya adalah tanpa listrik sama sekali,” ucap Michelle Zhou, salah satu mahasiswa pembuat perangkat tersebut.