Jumat 23 Oct 2015 10:30 WIB

Menjadi Terang dengan Nuklir

Rep: C18/ Red: Winda Destiana Putri
Badan Tenaga Nuklir Nasional atau BATAN (ilustrasi)
Foto: Antara
Badan Tenaga Nuklir Nasional atau BATAN (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Sejarah memang telah mengajarkan bahwa nuklir merupakan hal yang berbahaya, kalau benda mematikan itu dipegang oleh orang tak bertanggung jawab. Sejumlah hal negatif memenuhi penggunaan nuklir yang disalahgunakan.

Seperti halnya koin, nuklir juga memiliki dua sisi. Di tangan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), nuklir diubah menjadi hal yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat banyak.

Hal ini ditunjukkan dengan rencana BATAN membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Mini untuk riset yang lebih dikenal dengan sebutan Reaktor Daya Eksperimental (RDE) di Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Banten.

Laiknya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) tentu digerakkan oleh energi yang didapat dari uranuim. PLTN mini tersebut rencananya bakal memenuhi kebutuhan listrik dalam skala kecil, yakni di areal Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) yang terletak di Serpong, Tangerang Selatan.

"Ya, kita masih uji cobakan dulu disni," jelas Kepala BATAN, Djarot Sulistio Wisnubroto, saat ditemui di Kawasan Nuklir Serpong beberapa waktu lalu.

PLTN mini itu nantinya mampu menghasilkan tenaga sekitar 10 megawatt thermal. Namun dari jumlah tersebut yang bisa dimanfaatkan menjadi listrik hanya sekitar 30 persennya saja.

Artinya hanya 3 megawatt yang bisa digunakan untuk menerangi bangunan. Meski masih dalam skala kecil, terang Djarot, namun PLTN mini ini mampu menghidupi ribuan rumah.

"Dan ini bisa beroperasi tanpa henti," terang Djarot.

Djarot mengatakan berdasarkan hitungan kasar pembangunan PLTN mini ini bakal menelan biaya tak kurang dari Rp 1,7 triliun. Meski demikian, terang Djarot pemerintah baru mengeluarkan dana sekitar Rp 50 miliar untuk tahap pra-project nya saja.

Djarot menerangkan yang termasuk dalam tahapan pra-project itu antara lain untuk mendapatkan konsep Design Reaktor. Desing tersebut meliputi bentuk dan prosedur keamanannya.

Selain itu, dana puluhan miliar itu juga dipergunakan untuk mencari lokasi yang tepat untuk pembangunan PLTN mini tersebut. Djarot mengatakan lahan tersebut juga harus memperhitungkan ancaman alam semisal banjir, gempa dan lain-lain.

"Juga untuk memperhitungkan dampak kepada masyarakat sekitar," terang Djarot.

Meski saat ini belum dioperasikan secara komersil, kesuksesan PLTN mini ini diharapkan mampu menjadi master plan PLTN mini yang akan dibangun di daerah terpencil dan pulau-pulau, khususnya di wilayah Indonesia bagian timur. Djarot mengatakan dalam jangka panjang PLTN mini ini bisa menjadi solusi pasokan listrik masyarakat.

"Katakan di daerah terpencil dan pulau-pulau. Kita bisa bangun PLTN mini dengan daya yang disesuaikan. Jadi masarakat nggak akan kekurangan listrk lagi," terangnya.

Selain itu, Djarot mengatakan kalau pembangunan PLTN mini ini sukses tak menutup kemungkinan kalau teknologinya akan dibangun dalam skala yang lebih besar. Pasalnya, PLTN mini ini akan menjadi terobosan dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional.

Djarot menerangkan keuntungan PLTN adalah fasilitas tersebut bisa beroperasi 18 bulan tanpa henti. Disamping itu, jumlah listrik yang dihasilkan oleh PLTN terbilang lebih banyak ketimbag pembangkit listrik lainnya.

Pasokan listrik dari PLTN, terang Djarot, bisa digunakan untuk menghidupi pulau besar semisal Sumatrera atau Kalimantan. Meski demikian, Djarot tak mau kalau PLTN mini ini dibenturkan dengan pembangkit listrik jenis lain. Djarot mengakui masih ada sisi negatif yang bisa didapatkan dari pembangunan PLTN secara komersil.

Djarot menjelaskan nuklir memberikan ketakutan di masyarakat yang menimbulkan dampak psikologis kepada warga. Lanjutnya, meski mampu menghasilkan listrik yang banyak investasi untuk membangun fasilitas PLTN juga tak sedikit, serta memerlukan waktu yang panjang untuk pembangunannya, yakni sekitar 7-10 tahun.

Djarot mengaku memang tidak mudah untuk membangun PLTN mini ini. Faktor terpenting yang harus dilakukan adalah memperhitungkan keselamatan. Jelasnya, BATAN telah mempersiapkan prosedur pengamanan jika terjadi bencana.

"Gedung yang dipergunakan akan dibangun dengan memiliki alarm yang akan menutup fasilitas tersebut jika terjadi kebocoran nuklir," jelasnya.

Lanjutnya, fasilitas akan mengunci dirinya secara otomatis jika terjadi hal yang tak diinginkan. Selain itu, fasilitas tersebut juga akan mengirimkan peringatan kepada Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) secara online.

"Teknologi ini memang berisiko dan saya jujur soal itu. Makanya pembanguannya kita siapkan sebaik mungkin," terang Djarot.

Djarot mengatakan pembangunan PLTN mini ini diharapkan bakal rampung pada 2019 mendatang. Katanya, untuk membangun PLTN mini tersebut BATAN bakal bekerja sama dengan Jerman yang memang terbukti unggul dalam mengoperasikan reaktor nuklir.

"Tenaga ahli Indonesia juga harus terlibat dalam proyek pembangunan PLTN mini ini. Kita buat komposisinya lebih banyak dari orang kita," tutup dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement