Kamis 22 Oct 2015 17:03 WIB

Teknologi 'Sapu Jagad' Ini Ubah Limbah Asap Jadi Pupuk Cair

Rep: Lilis Handayani/ Red: Dwi Murdaningsih
Singapura tertutup polusi asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan di Sumatera (17/6). Menurut laporan media setempat, pengukur kualitas udara Singapura 'Pollutant Standards Index (PSI)' menunjukkan angka 111 pada jam empat sore (waktu Singapura).
Foto: Reuters
Singapura tertutup polusi asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan di Sumatera (17/6). Menurut laporan media setempat, pengukur kualitas udara Singapura 'Pollutant Standards Index (PSI)' menunjukkan angka 111 pada jam empat sore (waktu Singapura).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Seorang guru di Indramayu membuat teknologi untuk sedikit-sedikit bisa mengurangi dampak bencana asap. Sutarjo (46 tahun), guru di SMP Negeri Unggulan Indramayu, Sutarjo (46) menciptakan sebuah alat penghisap asap dan polusi udara.

Alat ini diciptakan pada 2009 lalu. Dia berharap, alat ciptaannya itu bisa membantu mengatasi bencana asap yang masih pekat di Sumatera dan Kalimantan. Alat ini diberi nama 'Sapu Jagad'.

Sutarjo menjelaskan, cara membuat alat sapu jagad sangatlah sederhana. Alat tersebut hanya mengandalkan air kapur, yang sangat mudah diperoleh warga. Selain air kapur, alat itu juga membutuhkan kipas angin dan aquarium kecil, yang berfungsi untuk menampung air kapur.

 

Dari air kapur itulah, asap dan polusi udara yang ada di sekitar lingkungan warga akan terhisap oleh kipas angin dan berubah menjadi serpihan padat. Serpihan limbah polutan yang banyak mengandung logam berat itupun dapat digunakan untuk pupuk cair bagi tanaman nonpangan.

Sutarjo pun menyarankan, setiap rumah di daerah rawan bencana asap, seperti Sumatera dan Kalimantan, sebaiknya memiliki tiga hingga empat alat penghisap asap tersebut. Sebab, selain biayanya murah, alat itupun tidak memiliki resiko bahaya.

"Untuk membuat alat ini sangat murah, hanya butuh biaya kurang dari Rp 80 ribu," kata Sutarjo.

Sutarjo pun mengaku, untuk menciptakan alat hisap asap tersebut, dirinya melakukan sejumlah percobaan selama tiga sampai empat bulan. Alat buatannya itupun sudah diujicobakan di sekolah tempatnya mengajar. Selain itu, juga pernah coba digunakan di berbagai titik lokasi di Kabupaten Indramayu.

Alat buatan Sutarjo kini sudah terbukti berhasil mengatasi asap maupun polusi udara. Bahkan, karena alat itulah, dia mendapatkan penghargaan, baik di tingkat provinsi maupun nasional. Sejumlah negara, termasuk Cina, kabarnya telah melirik alat tersebut. Karena itu, Sutarjo pun akan mengupayakan hak paten untuk alatnya itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement