Selasa 20 Oct 2015 08:55 WIB

Sensor Kelelawar di Sepatu Ini Bantu Penyandang Tunanetra

Rep: MJ04/ Red: Dwi Murdaningsih
detector soes untuk membantu penyandang tunanetra.
Foto: Republika/Mj04
detector soes untuk membantu penyandang tunanetra.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kemajuan teknologi bisa dimanfaatkan untuk membantu penyandang disabilitas mempermudah aktivitas mereka. Hal ini dilakukan oleh lima mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Berawal dari Mata Kuliah Teknologi Asistif, Yulvia, Heni, Rennny, Ranta dan Eka mahasiswa jurusan Pendidikan Kebutuhan Khusus menemukan ide untuk membuat teknologi yang bisa membantu penyandang disabilitas lebih mudah menjalankan rutinitasnya sehari-hari.

Mereka memiliki ide membuat sepatu. Menurut mereka, selama ini tongkat dinilai kurang fleksibel digunakan oleh penyandang tunanetra. Berdasarkan hasil riset, sebelumnya sepatu yang ditujukan untuk penyandang tunanetra  hanya mampu memberikan informasi dari sensor yang dihasilkan pada bagian depan sepatu saja.

“Yang sebelumnya itu sensornya cuma bisa menangkap sesuatu yang ada di depannya saja, dari itu selanjutnya kami kembangkan pada rancangan sepatu kita,” ujar Heni, belum lama ini.

Melihat hasil riset tersebut, kelompok mahasiswa UPI ini ingin sepatu uang mereka buat merupakan hasil pengembangan sepatu yang sudah ada sebelumnya. Pada rancangan teknologinya kali ini mereka ingin membuat sensor tidak hanya ada pada bagian depan sepatu, tapi juga ada di bawah dan samping bagian sepatu.

Sensor ini diperlukan untuk bisa mendeteksi becek, lubang pada jalan, belokan, serta membantu penyandang tunanetra dalam menaiki atau menuruni tangga. Setelah perencanaan matang itu lah, mereka bertemu dengan Muhammad Nur Fajri, Yana Suryana, dan Niam Rizka lewat unit Pusat Teknologi Tepat Guna (Pustena) ITB untuk merealisasikan rancangan teknologi mereka. Mereka sepakat untuk membuat sepatu yang mereka namakan Detector Shoes.

Mereka lantas melakukan riset untuk model sepatu yang nyaman digunakan untuk penyandang tunanetra. Hal tersebut perlu dilakukan sebab teknologi yang bertujuan membantu penyandang tunanetra ini memang bukan hanya akan membantu dalam hal teknologi namun juga bisa memberikan kenyaman bagi penggunanya.

Setelah menemukan desain yang tepat dibantu oleh pengusaha sepatu local di Cibaduyut, sepatu tersebut dipasangi alat yang telah dibuat oleh Niam Rizka dan kawan-kawan dari Pustena. Alat tersebut dipasang sensor yang cara kerjanya mirip dengan cara kerja sensor pada kelelawar.

“Sensornya miriip sensor yang dimiliki kelelawar, yang menerima gelombang ultrasonik,” ujar Niam.

Nantinya pengguana sepatu akan merasakan getaran pada sepatunya bila ada objek-objek yang  dipantulkan dalam bentuk gelombang ultrasonik oleh Sensor SRF 04. Gelombang ultrasonic yang dipantulkan dan diterima kembali oleh Sensor SRF 04 akan diolah dalam sebuah alat bernama Arduino yang terapasang pada sepatu ini. Getaran yang dihasilkan oleh alat ini berasal dari komponen getar yang Niam dan kawan-kawan Pustena dapatkan dari sebuah Joyastick video game yang tidak terpakai.

Selain itu pada sepatu ini juga ditambahkan alat bernama Gyroscope, yang berguna untuk memaksimalkan kerja sensor. Sebab bila Gyroscope tersebut tidak dipasangakan pada alat tersebut, saat sepatu diangkat untuk melangkah sensor bagian depan pada sepatu akan menangkap gelombang ultrasonic dari aspal jalan yang sebenarnya itu bukanlah halangan untuk berjalan.

Detector Shoes ini bisa menangkap objek yang menjadi rintangan bagi tunanetra untuk berjalan sejauh 150 cm. Sehingga ketika pengguna berjalan dan ada objek yang menghalanginya berjalan sejak jarak objek sejauh 150 cm sepatu ini akan memberikan tanda getar sebagai informasi kepada penggunanya. Sepatu yang juga menggunakan Baterai Lithium Polimer (Li-Po) ini mudah digunakan oleh penyandang tunanetra untuk menggantikan fungsi tongkat sebelumnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement