REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekarang, kemungkinan besar bahwa satu dari setiap empat berlian dijual di seluruh dunia adalah blood diamond. Berlian tersebut ditambang di zona perang dan dijual untuk membiayai konflik bersenjata dan perang saudara. Bagi mereka yang ingin menghindari komoditas seperti itu, menjadi hampir mustahil untuk mencari tahu perbedaan antara berlian bersih dan kotor.
Itulah sebabnya pasar untuk berlian buatan laboratorium secara perlahan tapi pasti berkembang karena menawarkan harga yang lebih murah, lebih ramah lingkungan dan pilihan etis karena terlihat cantik seperti alami.
"Untuk konsumen muda modern, jika mereka mendapatkan berlian dari atas tanah atau di tanah, apakah mereka benar-benar peduli?" kata Chaim Even-Zohar dari perusahaan konsultan berlian yang berbasis di Israel, Tasy dilansir dari Science Alert.
Berlian buatan ini tidak terlihat seperti berlian murahan, berlian imitasi hasil laboratorium seperti zirkonia kubik. Berlian ini memiliki struktur fisik dan komposisi kimia yang sama persis dengan berlian yang dambil dari tanah.
Proses ini bekerja dengan menempatkan sebuah fragmen kecil dari berlian yang disebut benih karbon ke microwave. Benih karbon dimasukkan bersama gas karbon berat, (yang sering digunakan yaitu metana) dengan jumlah bervariasi. Campuran gas dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi dalam microwave untuk menghasilkan bola plasma. Pada saat ini gas menyusut, atom karbon mengkristal dan terakumulasi pada biji berlian yang menyebabkannya tumbuh.
Proses ini bekerja dengan baik dan dapat memakan waktu hingga 10 pekan untuk menghasilkan berlian berharga. Para ahli dikabarkan perlu mesin untuk mengetahui berlian lab itu bersumber dari tambang atau dasar sungai. Bloomberg melaporkan, pada 2014 diperkirakan sebanyak 360 ribu karat berlian hasil laboratorium diproduksi. Diperkirakan, pada 2026, jumlah berlian buatan laboratorium akan meroket menjadi 20 juta karat. Perusahaan tersebut dikabarkan adalah produsen berlian sintetis paling produktif di dunia.
"Kami menciptakan industri baru," kata CEO IIA Technologies di Singapura, Vishal Mehta.