REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa pembobolan data yang belakangan marak menyerang perusahaan-perusahaan, kini mengancam infrastruktur publik.
Director Trendlabs Research Trend Micro, Myla Pilao, dari hasil penelitian perusahaanya mengungkapkan bahwa saat ini serangan siber justru melihat fasilitas umum sebagai target serangan.
"Keamanan sekarang menjadi perbincangan hangat dan telah menjadi isu global. Dulu persepsi orang bahwa kalau tidak ada malware akan aman, tapi sekarang apa pun yang terkoneksi dengan Internet rentan terhadap serangan siber," kata dia, di Jakarta, Kamis (1/10).
"Kebanyakan penjahat siber bukan lagi menginfeksi perangkat-perangkat yang digunakan sehari-hari, melainkan teknologi layanan publik," sambung dia.
Myle menjelaskan, penjahat siber menyerang elemen smart city, yaitu wifi melalui perangkat pintar yang dapat mengganggu transportasi yang terotomastisasi.
Dari penelitian yang dilakukan Trend Micro pada Skoda, produsen hybrid car di Eropa, terungkap bahwa sistem komputerisasi pada smart car rentan terhadap serangan siber.
"Di dalam smart car terdapat pintu gerbang (plug) untuk menghubungkan perangkat pintar. Dalam perangkat pintar, kita sering menggunakan WiFi di mana kita menggunakan WiFi dengan username dan password yang berubah-ubah, hal ini dapat mempengaruhi sistem komputerisasi mobil yang dapat mengganggu kontrol kunci mobil," kata dia.
Lebih dari itu, Myle mengungkapkan bahwa industri penerbangan juga rentan terhadap serangan siber. Maskapai penerbangan dunia saat ini mulai berlomba-lomba untuk memberikan layanan WiFi dalam pesawat,
"Saat ini orang-orang ingin selalu online. Sejumlah maskapai saat ini memungkinkan penumpangnya untuk melakukannya. Sementara itu, pesawat dijalankan dengan menggunakan sistem komputerisasi di mana semuanya auto-pilot, sehingga koneksi dan transmission system rentan terinfeksi," ujar dia.
Myle juga mengungkap fakta bahwa penjahat siber justru menggunakan spesifik file, berupa teks biasa, bukan sesuatu yang canggih untuk melancarkan serangannya itu.