Selasa 29 Sep 2015 20:18 WIB

Aplikasi 'Bulp' Wadahi Keluhan Konsumen

Rep: C18/ Red: Yudha Manggala P Putra
Bulp
Foto: Google Play
Bulp

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan industri di Indonesia terbilang pesat. Sayangnya, perkembangan itu terkadang berbanding terbalik dengan pelayanan diberikan pelaku industri tersebut.

Terkait hal itu, salah satu pengembang aplikasi lokal Indonesia meluncurkan 'Bulp' sebagai jembatan antara masyarakat dan perusahaan di Indonesia. Bulp diciptakan untuk memudahkan masyarakat guna menyampaikan aspirasi kepada perusahaan.

"Kami menampung dan menyalurkan aspirasi itu kepada seluruh perusahaan swasta di Indonesia," terang CEO Bulp Arie Nasution saat meluncurkan aplikasi buatannya di Jakarta Selasa (29/9).

Arie menjelaskan Bulp memberikan tiga fitur untuk melayani konsumen mereka. Pertama "Feedback", yang berisi respon dari keluhan yang dilaporkan konsumen kepada perusahaan tertentu.

Fitur kedua adalah "Share", yang memungkinan pengguna untuk membagikan feedback yang mereka dapatkan dari perusahaan yang dikeluhkan di media sosial. Ketiga adalah "Mee Too", grafis menunjukan keluhan yang sama terhadap share yang diberikan pengguna.

"Feedback dari perusahaan kepada konsumen itu bersifat rahasia, tapi kalau pengguna ingin membagikan bisa gunakan opsi share itu," terang Arie.

Arie mengatakan bagi pengguna aplikasi yang telah menyampaikan aspirasi mereka akan mendapatkan poin yang bisa ditukarkan dengan hadiah tertentu. Katanya, hadiah bisa berbentuk voucher digital, fisik barang, atau voucher dalam bentuk fisik.

"Kita melakukan ini harapannya agar tercipta kontrol sosial dalam industri swasta untuk menigkatkan pelayanan publik karena aspirasi masyarakat sangat berpengaruh," katanya.

Sebelumnya, berdasarkan riset 5 dari 6 orang Indoensia tak puas dengan pelayanan perusahaan swasta yang ada. Riset tersebut menyebutkan 96 persen dari mereka tetap diam karen sistem konunikasi yang rumit. "Hasilnya 91 persen konsumen bakal pergi dan meninggalkan perusahaan itu. Tentu ini berakibat fatal bagi si perusahaan," kata Arie.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement